Review: KKN di Desa Penari (2022)

MD Pictures

Ketika filmnya rilis dan menjadi fenomena, saya termasuk yang tidak tertarik dan hanya memilih membacai komentar2 yang ada di internet. Pendapatnya campur aduk. Ada yang bilang bagus, ada yang bilang enggak. Di antara keduanya, saya lebih percaya yang enggak.

Sudah sering film lokal yang ramai diperbincangkan namun ternyata B aja ketika ditonton. Atau ternyata hanyalah film yang mencoba terlihat seperti Hollywood--biasanya yang memaksakan pakai budjet besar/efek CGI canggih--namun masih lemah dalam kualitas dan originalitas. (Bukan cuma film lokal sebenarnya)

Maka saya percaya film KKN di Desa Penari hanyalah film viral lainnya yang sebenarnya bukan film sejati. Film yang sekadar viral karena tren aja. Kebawa sama ceritanya yang udah viral duluan plus ngepas momen liburan.

Bukan berarti saya pembenci film ini. Bagaimanapun saya suka dan menikmati cerita versi Twitter-nya. Meski bukan penggemar juga. Jadi ya netral aja sih. Cuma sedikit skeptis.

Setelah nonton... Ternyata bagus.

MD Pictures

Bukan film horor jumpscare. Lebih berfokus pada kisah misteri & teror di desa sesuai dengan versi aslinya. Saya sebut sesuai dengan versi asli karena sama-sama tidak menonjolkan penampakan hantu untuk membuat audiens takut. Cerita versi twitter pernah dibahas di sini.

Salut sama tim produksi yang tetap setia pada cerita asli & tidak berusaha tampil seram. Andai dibikin oleh sutradara yang hobi bikin adegan berdarah2 atau adegan jumpscare hantu, mungkin malah jadinya melenceng dan tidak sebagus ini.

Skeptis juga waktu ada yang bilang visualnya bagus. Ternyata memang bagus. Penyajian gambarnya tenang dan tidak buru-buru. Jadi pembangunan adegannya berhasil. Enak ditonton. Suasana desa & hutannya oke. Efek suara juga bagus, meski bikin ingat sama The Conjuring.

MD Pictures

Villainnya bagus. Badarawuhi tidak banyak muncul tapi dapet lah peran jahat & berkuasanya. Tariannya juga luwes. Di luar dugaan. Soalnya di poster terlihat biasa aja.

Keputusan tepat untuk tidak memakai bintang-bintang yang super populer. Sehingga nonton bisa fokus ke ceritanya. Aktingnya, meski bukan yang terbaik, tetap berhasil menghidupkan karakter masing-masing.

MD Pictures

Kekurangan yang membuat keluar dari suasana film ada di riasan. Pertama saat Badarawuhi menunjukkan wujudnya dan jadi seperti Voldemort. Padahal gak usah pakai riasan begitu juga sudah tahu si Badarawuhi jin ular, atau cukup pakai lensa kontak berbentuk mata ular gitu, yang gak terlalu berlebihan. Juga saat bertemu hantu-hantu dengan wajah rusak. Sayang banget. Padahal sebelum muncul penampakan seperti itu suasana tegang & misterinya dapet banget. Setelah muncul jadi ingat kalau lagi nonton film.

MD Pictures

Ada beberapa potensi yang bisa diperbaiki. Contohnya terlalu sedikit adegan KKN-nya. Padahal bisa dikasih sedikit klip-klip mereka persiapan ngerjain proker gitu sebelum mulai fokus ke cerita horor.

Keseluruhan bagus sih. Tidak gagal menjadi film yang menghibur. Masuk akal bisa dapat 9 juta penonton. Karena filmnya memang bisa dinikmati semua orang.

MD Pictures

Sama2 predikat film horor Asia viral. Jika dibandingkan dengan Medium (Thailand), atau Incantation (Taiwan), lebih pilih KKN ke mana-mana. KKN layak mendapat penonton lebih luas. Film horor tanpa jumpscare gini lebih dihargai. Film horor kalau masih pakai adegan ngaget2in penonton, bisa jadi ceritanya gak bagus2 amat.

KKN di Desa Penari memang belum sempurna, tapi senang ada film horor lokal yang kental aura misterinya serta tidak menjual jumpscare & hantu seram. Bahkan teringat The Shinning saat nonton ini.

MD Pictures

Kesimpulan. Ini film yang tontonable untuk semua orang, asik ditonton rame-rame, dan sukses menjadi film adaptasi yang tetap setia pada cerita aslinya.

❖