Skip to main content

Jika Kau Menemukan Buku Berjudul “Kisah si Roly Poly”, Jangan Membukanya, Jangan Membacanya!

by Clarimonde


Bukunya tidak terlihat menyeramkan. Tak ada gambar jahat di sampulnya. Tak ada kata mencurigakan. Cuma ada kanvas merah polos dengan tulisan emas berbunyi: “Kisah si Roly Poly”.

Aku tak pernah melihat buku itu hingga Ginny menariknya dari koleksi di rak. Pasti ditinggalkan oleh pemilik rumah yang sebelumnya. Kami baru saja pindah sebulan yang lalu.

Ginny langsung merapat ke sampul saat kubuka bukunya. Di usia ke-6-nya, dia sudah mulai membaca dan tak perlu dibujuk untuk ke tempat tidur jika kujanjikan padanya sebuah cerita. Hampir tak pernah. Puteri adalah obsesinya yang baru dan kami menyelesaikan yang klasik semacam “Puteri Tidur” dan “Cinderella”. “Kisah si Roly Poly” adalah permulaan dari daftar yang tak biasa.

“Kau yakin mau yang ini, sayang?”

Ginny menguap:

“Ya, Daddy.”

Aku pasrah dan mulai membaca:

-------

Ada dua anak laki-laki,

Dua bocah sepertimu,

Satu bernama Jack,

Yang satu Hugh,

-------

Si dua anak berdiam di kamar,

Tak ada yang dikerjakan,

Mereka sangat bosan,

Hal yang biasa,

-------

Bukunya berilustrasi sederhana dua anak di kamar tidur berdekorasi wallpaper bertema baseball.

-------

Mereka berpikir dan berpikir,

Mereka terengah dan terengah,

Hingga Hugh berkata “Dor!”,

“Cukup sudah cukup!”

-------

“Ayo main permainan!”

“Kita akhiri ini”,

“Aku tahu!” kata Jack,

“Akan kupanggil temanku.”

-------

Aku mengerang dalam hati dan berharap Ginny segera tertidur. Ini jelas bukan jenis buku Dr. Seuss.

-------

Jack mengambil bukunya,

Dan membaca tulisannya,

“Keluarlah, keluarlah”,

“Kau badut tua bodoh”,

-------

Dengan wiss dan wuss,

Dan desisan dan letupan,

Roly Poly tiba,

Dengan letusan keras.

-------

Ada sosok raksasa yang membuat si dua bocah tampak kerdil. Si laki-laki mengenakan kostum badut pantomim tradisional, lengkap dengan kerah berenda, bedak putih dan bibir merah mencolok.

-------

“Apa kabar?” kata si badut. “Aku datang ingin bermain.”

“Kau?” kata Hugh. “Astaganaga!”

“Jangan takut,” ujar Jack,

“Ini cuma Roly Poly.”

-------

“Apa yang harus kita lakukan?” kata Hugh, dengan berdebar,

Menarik satu mainan dari yang tersebar.

-------

Ada banyak permainan banyak nama,

Semua kabel dan megawatt,

Mesin bernyanyi, dan trampolin,

Bahkan ada dua robot.

-------

“Oh, tidak!” kata si badut.

“Ini tak boleh!”

“Ayo mainkan permainan nyata”,

“Singkirkan sihir canggih ini.”

-------

“Ikutlah bersamaku dan lihatlah sendiri,”

“Rumahku sangat mewah”,

“Akan kau miliki semua kebutuhanmu”,

“Di Pulau Kacau-Balau.”

-------

Si dua bocah mengangguk,

Dada mereka penuh kegembiraan,

Mereka menyambut tangan si badut,

Dan berhitung tiga kali!

-------

Hugh dan Jack menutup mata,

Saat dunia berputar dan berputar,

Mereka berteriak senang,

Saat pulau baru terbentang.

-------

Rumah si badut sangat megah,

Penuh permen dan suguhan, kesenangan tak pernah habis,

Tanpa orang tua, tanpa tugas, tanpa jam-tidur atau aturan,

Tanpa PR mengerikan dari sekolah yang membosankan.

-------

Si bocah bermain dan bermain dan mereka bahagia,

Hingga di suatu hari si badut berubah sedih.

-------

“Ada apa Roly Poly?”

“Adakah yang bisa kami lakukan?”

Si bocah bertanya dan bertanya,

Tapi kecemasan mereka terus tumbuh.

-------

“Ya, ampun,” si badut bergumam,

“Maafkan aku, sedalam-dalamnya,”

“Aku sangat lapar,”

Dan perutnya yang besar bergemuruh.

-------

“Apa kau mau cokelat atau keripik atau kue krim lengket?”

“Kita punya hot dog dan es krim dan semua milkshake.”

-------

Tapi si badut menggelengkan kepalanya,

Untuk perutnya yang sakit,

Lalu dia menyambar si Hugh kecil,

“Daging segar darimu!”

-------

Perutku jungkir-balik saat kulihat isi halaman berikutnya. Aku menutup bukunya cepat-cepat.

“Cukup untuk malam ini, Puteri.”

Ginny mau memprotes, tapi kelopaknya sudah berat karena kantuk.

“Apa yang terjadi dengan si bocah, Daddy?”

“Kuberitahu kau besok.”

Aku mencium kening Ginny dan mematikan lampu.

Aku menuruni tangga dan menuang segelas besar wine sebelum kembali membuka bukunya. Halaman yang kututup berisi ilustrasi adegan mengerikan. Si badut memegang salah satu bocah di atas kepalanya dan sudah menggigit sebelah kiri tubuh si anak. Giginya merobek sebongkah daging merah-muda sementara darah menetesi bibirnya yang merah. Mata si bocah terpejam, wajahnya yang terbelah membeku dalam ekspresi penderitaan. Terpacu oleh keingintahuan janggal, aku melanjutkan membaca:

-------

Roly Poly menyambar si bocah dan memegangnya tinggi,

Dia membuat gigitan besar—Hugh manis yang sangat lembut.

-------

Dia mengerit dan menggigit, dia mengunyah dan mencecap,

Dan ketika sudah tak ada yang tersisa, si badut bersendawa keras.

-------

Dia melihat berkeliling; tak ada Jack dia temukan.

Si bocah telah lari; pengejaran telah dimulai.

-------

Jack merunduk dan melesat, dia berlari dan berlari,

Roly Poly tergelak: “kembali kemari anak muda!”

“Tempat ini luas; juga terpencar!”

“Tak ada jalan untuk keluar; tak ada sama sekali.”

-------

Si badut sangat benar, untuk terus dan berusaha,

Jack berlari pergi, tapi tak ada jalan keluar tertampak.

-------

Si bocah mulai lelah, napasnya mulai payah,

Roly Poly menyusul, bersorak riang gembira:

-------

“Kau lebih tangguh dari yang lain—kau, akan kumasak.”

Dan dia gantung si bocah di pengait daging tua.

-------

Si anak berteriak dan menjerit, “kau gendut pembohong!”

Si badut menjilat bibir dan menyulut api besar.

-------

Aku membalik halaman terakhir. Si bocah menjuntai dari gantungan di atas lubang api. Sebagian kulitnya pecah dan menghitam sementara api menjilati bingkai kecilnya. Si badut menusuk api dengan tongkat di satu tangan. Tangan yang lain melambai ke pembaca sementara senyum gila memperlihatkan dua baris gigi panjang tajam.

-------

Si badut sangat bahagia, hidangannya daging manis ini,

Hidup si koki—Bon appétit!

-------

Bukunya berakhir di sini. Aku merasakan pahit bertumbuh di tenggorokanku. Orang sinting macam apa yang menulis hal semacam ini? Mungkin penulis putus asa yang mencari sensasi. Apapun itu, rasa tak enak ini tertinggal di mulutku. Aku habiskan wine-ku dan melempar bukunya ke tempat sampah.

-------

Aku bangun lebih awal esok paginya dan mengambil koran yang tergeletak di depan pintu. Saat itu Minggu, tapi aku tak suka melanjutkan tidur. Aku mengambil secangkir kopi dan melihat headline di meja. Jantungku berhenti:

“Peringatan ke-5 Hilangnya Anak-anak Setempat”

“Ratusan orang ambil bagian dalam gerakan memorial untuk menandai peringatan ke-5 hilangnya Hugh dan Jack Healy bersaudara.”

“Si bersaudara, dalam usia delapan dan enam, diculik dari kediamannya pada 07 Januari 2012. Polisi telah menerbitkan informasi baru minggu ini [berita bersambung ke halaman 3].”

Aku berlari keluar dan membuka tampat sampah. Mungkin siapapun yang menulis buku itu tahu sesuatu tentang hilangnya bocah ini. Atau paling tidak, aku bisa melaporkan benda sinting ini ke polisi. Perutku bergolak saat aku mengamati isi tempat sampah. Bukunya lenyap.

Kepanikan liar berkembang di dadaku saat aku melesat naik ke kamar Ginny. Selembar kertas tergeletak di atas sprei kusut di ranjangnya yang kosong:

-------

Ginny memilih buku yang bagus,

Kisah sejati yang menarik,

Tapi Dad tidak menyukainya,

Dia pikir ini basi.

-------

Dia hentikan cerita di waktu kemenangan,

“Tidak, tidak untukmu! Bagian ini tak layak!”

Si badut tak menyukainya,

Sedikitpun tidak.

-------

Jadi Roly Poly memberitahu Ginny,

Siapa yang begitu kurus:

“Ayo kita bersenang-senang!”

“Kita tunjukkan pada pengasuh tua itu.”

-------

Dan sekarang Ginny bermain,

Di pulau Kacau-Balau,

Penuh gula dan bumbu-bumbuan,

Dan semua yang dibutuhkan gadis.

-------

Saat si puteri punya istana,

Dalam gaun dari satin,

Si badut hanya tersenyum,

“Si gadis pasti, si gadis akan gemukan.”

-------

Sudah seminggu sejak Ginny menghilang. Sudah kuberikan lembar itu ke polisi tapi mereka sama bingungnya denganku. Setiap frase jahat di buku mengerikan itu terpanggang di dalam tengkorakku. Aku tak bisa tidur. Aku tak bisa makan. Aku mengetik ini sebagai permohonan sekaligus peringatan. Jika kau menemukan buku ini, jangan membukanya, jangan membacanya. Panggil polisi. Hidup seorang anak mungkin tergantung padanya.


Comments

Terpopuler sepekan

Pengalaman diculik jin

Aku anggota tim SAR kehutanan AS, aku punya kisah untuk diceritakan [Part 2]

Aku anggota tim SAR kehutanan AS, aku punya kisah untuk diceritakan [Part 1]

Cerita Seram Api Unggun

Nyasar ke Dunia Gaib Bareng Abang Ojol - [Repost Twitter]

Peristiwa Ganjil di Patahan Amigara

Ada yang mau tanya soal kemampuan ghaib dan indigo?

Cerita Horor Kaskus