![]() |
resan.id |
Penulis: Arie (FB)
Kisah ini saya alami sudah lama sekali. Waktu itu saya masih kelas 1 SMP mau naik ke kelas 2 sekitar tahun 1994/1995.
Di desa saya di Wonogiri Jawa Tengah saya mempunyai teman main wanita bisu tuli yg usianya 2 tahun lebih tua dari saya. Maaf saya lupa namanya. Kita sebut saja namanya Marni gtu ya. Marni ini orangnya pemalu tapi juga suka marah².
Di desa saya sudah biasa kalau anak gadis masih di bawah umur itu dinikahkan.
Singkat cerita Marni dinikahkan dengan seorang pria dari Solo yg juga bisu tuli. Tapi entah kenapa tiap mau diajak berhubungan suami istri Marni selalu menolak hingga akhirnya mereka bertengkar. Saya gak tau ya gimana bertengkar nya orang bisu itu kayak apa jd jangan tanya.😊😊
Setelah pertengkaran itu suami Marni balik pulang ke rumah ortunya. Jadi usia pernikahan Marni gak sampai seminggu.
Ibunya Marni pun memarahi Marni habis²an.
Di belakang rumah Marni ada pohon trembesi yg besar. Ketika Marni dimarahi ibunya Marni ngambek terus masuk kamar dan semalaman gak keluar. Tapi pagi harinya tiba2 Marni tak ada di kamarnya. Dicari di seluruh kampung gak ketemu. Bertanya pada semua orang juga gak ada yg lihat.
Akhirnya setelah seharian dicari gak ketemu, Malam harinya orang tua Marni minta bantuan ke seorang dukun bernama Sarmin. Kata Sarmin, Marni diculik sama genderuwo penunggu pohon trembesi di belakang rumahnya. Dan saat itu masih di situ. Akhirnya Sarmin bersama ortu Marni dan beberapa orang kampung mendatangi pohon trembesi itu. Setelah Sarmin mengadakan ritual kata Sarmin genderuwo itu berniat menikahkan Marni dengan anaknya. Dan genderuwo itu langsung membawa Marni pergi dari pohon trembesi itu. Sampai akhirnya pohon trembesi itu pun ditebang.
Waktu terus berlalu dan pencarian Marni terus dilakukan dgn bantuan Sarmin dan orang2 kampung. Lokasi pencariannya pun pindah2 dari tempat2 yg angker sampai kuburan. Pada Tahun itu desa saya masih gelap karena listrik belum menjangkau semua rumah. Pencariannya sebagian masih memakai obor.
Saya pernah ikut dalam pencarian Marni bersama kakak dan teman saya. Ketika itu pencarian di sebuah makam desa tetangga yg berjarak kira2 5km dari rumah Marni pada hari ke 8 atau 9 Marni menghilang. Berbekal obor dan senter kami berangkat jalan kaki ke makam itu bersama sekitar 20 orang. Tetapi saat sampai di depan pintu makam Sarmin menyuruh berhenti. Kata Sarmin di makam itu sedang ada resepsi pernikahan Marni dengan anak genderuwo tadi. Dan suasana di sekitar makam itu langsung berubah. Angin tiba2 berhembus kencang dan membuat obor kami padam. Lampu senter jadi berkedip-kedip. Suara anginnya jg kayak ada samar2 suara teriakan. Saat itu perasaan saya udah campur aduk. Meski waktu itu bersama orang banyak tapi tetap saja aku tak bisa menghindari rasa takut. Maklum saat itu usiaku baru 14 tahun.
Di rombongan kami ada seorang tukang ojek yg nama panggilannya mbeling. Mbeling itu terkenal keras wataknya. Ketika Sarmin sedang mencoba berkomunikasi dengan para makhluk halus disitu mbeling bertanya dimana genderuwo nya. Sarmin menunjuk ke arah cabang pohon. Lalu mbeling langsung menyalakan obornya dan mengobat abitkan obor itu ke cabang pohon yg ditunjuk Sarmin tadi. Tapi tiba2 Sarmin mendorong mbeling sampai terjatuh dan memarahinya. Kata Sarmin, Mbeling tadi malah membakar kakinya Marni. Kata mbeling memang tadi dia sempat merasa obornya mengenai sesuatu di udara tp dikira mbeling itu kena genderuwo nya.
Setelah kejadian itu saya sudah tidak berani lagi ikut dalam pencarian yg masih terus dilakukan. Sampai akhirnya pencarian dihentikan ketika sudah berjalan sekitar 1 bulan.
3 bulan berlalu. Saat itu liburan sekolah saya dan kakak saya berlibur ke rumah om saya di Klaten. Ketika sore sekitar jam 2 waktu itu rambut saya lagi dipotong sama om datang tetangga saya dari Wonogiri dan bilang kalau Marni sudah ketemu dan sekarang berada di RS Tegalyoso Klaten. Akhirnya cepet2 ke rumah sakit itu yg kebetulan dekat dgn rumah om.
Di RS itu sudah ada ortu Marni dan beberapa tetangga. Dan jujur saat aku melihat kondisi Marni pada waktu itu sangat jauh berbeda. Tubuhnya menyusut. Kalau dulu sebelum hilang tubuh Marni lebih besar dariku. Saat ketemu tubuhnya lebih kecil dari aku. Tinggi badannya jg. Giginya jg maaf jadi lebih tonggos. Saat itupun ibunya menyangkal kalau itu Marni anaknya. Tapi ketika ditanyain tentang semua masa lalunya dia bisa menjawab dgn tepat dgn bahasa isyarat ya. Termasuk bekas luka parut di tangannya dan luka tetangganya yg pernah dia gigit. Bahkan ketika ditanya luka bakar di betis nya dia bisa menjawab dgn bahasa isyarat kayak orang naik motor gtu. Kan luka bakar itu karena obornya mbeling si tukang ojek.
Ketika om saya menanyakan kog bisa ada di rumah sakit Tegal Yoso Klaten itu gmana padahal jaraknya dgn kota Wonogiri jauh.
Kata tetanggaku waktu itu lagi dengerin radio Swara Graha yg memang jadi favorit di desaku karena sering memutar lagu2 campursari. Ketika itu penyiar radio swara graha memberitakan telah ditemukan seorang wanita bisu tuli dgn ciri2 Marni di RSUD Solo. Tapi setelah dichek di RS itu tak ada pasien dgn ciri2 td. Bahkan saat Radio Swara Graha dikonfirmasi mereka bilang tidak pernah menyiarkan berita itu. Akhirnya mereka kembali pulang dgn tangan hampa.
Tapi keesokan harinya Radio Swara Graha kembali menyiarkan berita penemuan wanita bisu tuli dgn ciri2 seperti Marni tapi Rumah Sakitnya di Tegal Yoso Klaten. Dan pada saat itu banyak yg mendengar siaran itu termasuk Pak Lurah desa kami. Akhirnya langsung didatangi rumah sakit itu dan memang benar ada. Ketika ditanya siapa yg mengantar Marni ke RS, Perawatnya bilang 2 orang polisi tapi saat mau ditanya ditemukan dimana tiba2 polisi tadi menghilang.
Kondisi Marni saat itu sangat memprihatinkan. Kata Marni setelah menikah dgn anak genderuwo itu dia dibawa ke rumah yg sangat besar dan kamar yg indah dgn banyak pembantu. Cuma setiap kali makan makanan yg diberikan genderuwo itu dia selalu muntah padahal makanannya terlihat enak dan mewah.
Singkatnya Marni akhirnya pulang tapi tiba2 Marni hamil. Dan ketika ditanya siapa yg menghamilinya Marni malah menunjuk seorang guru ngaji di desaku. Sayangnya setelah diinterogasi guru ngaji itu gak ngaku tapi malah minggat ke Lampung.
Akhirnya anak Marni lahir tanpa ayah dan anak yg lahir itu sangat tampan, bersih kulitnya, mancung. Pokoknya belum pernah ada bayi yg setampan itu di desa saya. Maklum emang dari desa.
Bayi itu tidak mirip guru ngaji yg dituduh itu juga tidak mirip siapapun di desaku. Dan sampai besar pun bayi itu menjadi lelaki yg tampan gagah dan memiliki kekuatan yg luar biasa. Semua orang sampai heran. Kalau dia anak genderuwo kan seharusnya kulitnya ada kayak tompel tompel nya gtu seperti Tebo. Tapi kalau anak manusia kekuatannya itu lho yg gak masuk akal.
Sayangnya setelah saya pindah ke Surabaya saya sudah tidak pernah lagi mendengar kabar Marni dan anaknya.
❖
Comments
Post a Comment
Tinggalkan komentar