Pernahkan kau memberi makan peliharaanmu dan ternyata itu adalah terakhir kali kau menuangkan makanan untuknya.
aku selalu menyiapkan makanan di malam harinya, agar jika dia pulang tidak perlu membangunkanku. tapi pagi itu makanannya tidak berkurang. sekali dua kali itu memang terjadi, tapi aku tetap cemas. aku menanti dan memeriksa jalanan di depan. tidak tampak apa-apa. terkadang dia akan berlari dari arah mana saja. kadang dari atas pagar. kadang dari kebun tetangga.
biasanya dia akan menghilang beberapa waktu, dan tiba-tiba pulang membawa kelegaan.
kabar itu datang. kau di selokan depan rumah tetanggaku.
aku sudah menduga ini akan terjadi, tapi tidak secepat ini. kukira kau akan hidup lebih lama. kau kucing pintar. selalu menghindari masalah. lebih banyak di rumah. tidak pernah takut dengan kucing-kucing liar yang datang. kukira kau akan hidup hingga sepuluh tahun, atau lima belas. tetapi membayangkan kau begitu tua pun aku tak sanggup.
kau hanya seperti tertidur. kami semua yang melihatmu berkata demikian. hanya seperti tertidur. tetanggaku yang menemukanmu juga mengira kau hanya tidur. bulumu masih lembut.
aku menguburkanmu dengan kuat. tanpa patah. tidak tahu harus bagaimana agar kau berbaring nyaman di sana. dan kau pun tertidur di dalam liang itu. di bawah bayang-bayang dedaunan. aku melihatmu untuk terakhir kali. menyentuhmu untuk terakhir kali. mengucapkan selamat jalan.
kau akan tetap di sini. di tanah yang selalu menjadi rumahmu. di dalam ingatanku.
tetapi ketika aku kembali ke dalam rumah, kesedihan itu menghantam. kenangan-kenangan membanjir. kala kulihat makanan di mangkuk yang harusnya menjadi sarapanmu pagi ini. stok makanan basah yang kusiapkan hanya untukmu, kesukaanmu. lantai dan sela kamar yang biasa terisi olehmu. aku masih bisa merasakan kau datang dan duduk diam di hadapanku. mengamatiku. meminta makanan disiapkan. dan kau akan mengigiti tanganku jika ingin makanan basah kesukaanmu.
kau selalu mengikuti. seperti bayangan kecil. seperti kemarin. berdiam berjaga. meski itu untuk dirimu sendiri. kita teman baik, bukan? apa kau bahagia di dekatku? aku bahagia saat kau di dekatku.
aku masih merasa kau akan pulang. tiba-tiba menyelinap muncul seperti bayangan dan mengeong meminta makan.
aku masih merasa ini hanyalah hari di mana kau terlambat pulang.
aku berharap.
baru kusadari, kesepian lebih mudah dihadapi dibanding kehilangan sosok yang kita cintai.
akhirnya kau pergi menemui anak-anakmu. semoga kalian bisa berkumpul bersama di sana. bahagia bersama di sana. jika waktu itu ada, mungkin kita akan berkumpul bersama lagi. aku dan kalian. kembali bersama di suatu masa.
terima kasih telah menjadi temanku selama ini. terima kasih telah menjadi kucing yang baik.
selamat jalan.
❖
Comments
Post a Comment
Tinggalkan komentar