Skip to main content

Aku anggota tim SAR kehutanan AS, aku punya kisah untuk diceritakan [Part 7]

by searchandrescuewoods

> Part 1
> Part 2
> Part 3
> Part 4
> Part 5
> Part 6

Salah satu topik yang sering ditanyakan padaku, di sini dan di dunia nyata, adalah hal seperti The Rake, the Wendigo, dan legenda lainnya. Aku tak bisa bilang aku tahu banyak tentangnya, tapi dari sedikit yang kubaca aku bisa bilang aku pernah dengar cerita yang sedikit berhubungan dengannya. Kalian sudah dengar pepatah lama bahwa legenda semacam itu datang dari suatu tempat, dan aku yakin itu benar, tapi kalian tahu aku selalu berusaha untuk tidak percaya begitu saja padanya. Kau juga harus melakukannya jika di luar sini. Kubayangkan, ini seperti bekerja di Rumah Sakit. Kau bisa seharian memikirkan berapa banyak orang yang sudah mati di sana, berapa banyak yang sudah jadi hantu, atau apapun kalian panggil mereka, di segala penjuru tempat itu, dan itu tak akan baik bagimu. Itu hanya akan membuat pekerjaanmu lebih sulit. Kupikir sebagian besar dari kami berpikir seperti itu, itu sebabnya kami memilih untuk hanya berangkat kerja dan berlaku seakan semua baik-baik saja. Sekali kau paranoid, tak akan ada jalan kembali, dan banyak kadet yang berhenti karena seperti itu. Taman tempatku bekerja punya angka menyerah yang tinggi karena para lulusan kadet yang takut akan segala hal dan tak bisa menerimanya. Kalian harus belajar untuk menginternalisasi hal-hal dan mengabaikannya.

Aku sudah bicara dengan K.D soal pengalamannya, karena aku ingin tahu apa yang dia pikirkan soal Wendigo. Dia tak tahu hal khusus yang harus dikatakan, di samping dia tak ingin terlalu banyak membicarakannya, tapi dia memberitahu bahwa salah satu temannya punya sesuatu yang mirip. Aku menghubungi orang ini, H, lewat Skype, dan dia bersedia untuk sedikit bercerita padaku. Dia tahu pekerjaanku di sini, dan dia tak keberatan ceritanya kuposting persis seperti yang dia tuliskan:

“Aku besar di Central Oregon, dan di sana ada reservasi bernama Warm Spring sekitar dua jam dari tempat tinggalku. Aku menyebutkannya karena banyak orang di daerahku punya teman di sana, dan banyak tanah di area itu milik suku itu. Saat aku kecil, kami biasa pergi kemping di sana. Tidak di bagian reservasi tentunya, tapi di area itu, dan aku bertemu dengan banyak anak yang tumbuh besar di sana. Aku mengenal seorang anak dengan cukup baik, namanya Nolan, dan kami sering pergi bersama saat keluarga kami sedang di sana. Warga di tempat kami saling mengenal jadi kami sering berhubungan dan pergi berkemping di waktu yang hampir bersamaan. Kami kemping untuk sekitar 2 minggu, jadi kami di luar sana untuk waktu yang lama. [Aku menanyainya apa dia kemping di RV] Yeah, ayahku punya satu, jadi kukira itu bukan benar-benar kemping, tapi kami membawa tenda dan barang-barang kami jauh dari area kemping hampir setiap malam. Aku tak suka tidur di sana karena aku suka di luar. [Kami berbincang sedikit soal kemping]

Jadi, sori, satu tahun aku dan Nolan ada di luar sana, kukira usia kami mungkin sekitar 12 tahun. Kami pergi dan kemping ke dekat sungai karena ingin mencoba memancing di malam hari, kukira kami sekitar sepertiga mil dari area kemping utama. Cukup jauh hingga tak ada orang yang bisa mendengar atau melihat. Kami besenang-senang sepanjang hari, aku tak begitu ingat, tapi kami akhirnya bisa membuat api dan aku begitu kagum karena dia menemukan batu-api yang dia pergunakan untuk menyalakannya. Aku belum pernah melihat orang lain melakukannya jadi kupikir sangat keren saat itu. Aku memintanya mengajariku, hal yang bodoh karena itu di tengah musim panas, dan aku ingat peringatan api sedang pada level kuning atau oranye. Tapi syukurlah kami tidak membuat masalah besar, dan saat malam kami membicarakan apa yang bisa dibicarakan oleh anak usia 12 tahun, aku tak begitu ingat. Yang kulihat adalah pada suatu waktu, dia memandang lewat bahuku ke arah sungai dan bertanya apakah aku melihat sesuatu.

Kami sekitar 10 kaki dari sungai, dan kami di titik terluas, jadi mungkin itu sekitar 20 kaki dari sisi sungai yang lain. Hangat di atas situ tapi airnya masih dingin.

Aku menoleh ke belakang dan melihat sesuatu sedang mengarungi sungai dari sisi lain. Dari sana makhluk itu terlihat seperti rusa tapi kami tak bisa melihatnya dengan jelas karena apinya. Aku berdiri mendekat dan melihat sepasang tanduk, jadi kupikir itu pasti rusa jantan. Tapi kupikir itu aneh karena dia masuk ke dalam air, dan jelas sekali sedang mendatangi kami, dan aku menanyai Nolan apa yang harus kami lakukan. Dia melihat ke arah api dengan ekspresi aneh dan menyuruhku untuk duduk dan diam, jadi aku menurut, karena aku tak pernah melihatnya bertingkah seperti itu sebelumnya. Dia berbisik padaku untuk tidak memedulikannya, dan untuk terus berbicara seperti biasa, tapi aku tak bisa memikirkan apapun untuk dikatakan. Dia berbicara tentang sebuah episode acara tipi, tapi aku bisa mendengar rusa itu datang melewati airnya, jadi aku tak benar-benar memperhatikan, dan aku tetap berusaha untuk melihat melalui bahunya, tapi setiap kali melakukannya dia memukul lenganku dan memaksaku untuk menatapnya lagi. Aku ingat, aku tidak terlalu takut, aku hanya bingung. Tapi kemudian aku mendengar rusa itu keluar dari dalam air, dan aku bisa melihat seperti apa rupanya, dan aku menyadari itu bukan rusa karena apapun itu dia berjalan dengan dua kaki. Aku mulai berdiri, sangat ketakutan, tapi Nolan menyentakku kembali duduk dan bicara lebih keras lagi tentang acara televisinya, dan aku tahu dia sama takutnya denganku, mungkin malah lebih. Dia membungkuk dan menyodok api dengan ranting, dan dia berbisik bahwa apapun yang kulakukan aku tak boleh bicara dengan makhluk itu. Aku bisa melihatnya bertambah dekat, dan dia berdiri tepat di belakang punggung Nolan. Aku sudah mau mengompol, dan aku pasti sudah lari jika sendirian, tapi aku tak ingin meninggalkan Nolan, jadi aku tetap duduk diam dan diam-diam mencuri pandang ke arah makhluk itu. Makhluk itu tak terlalu tinggi, tapi caranya membawa tubuhnya terlihat keliru, seperti titik keseimbangannya kacau. Aku tak bisa mendeskripsikannya, tapi itu seolah dia membungkuk terlalu maju. Dia hanya berdiri di belakang Nolan untuk waktu yang lama, dan akhirnya Nolan kehabisan kata untuk menyuruh kami hanya duduk di sana. Apinya membuat suara, tapi kupikir aku dapat mendengar makhluk itu berbicara dengan suara yang amat rendah. Aku tak dengar apa yang dia katakan, dan aku membungkuk ke depan sedikit, dan aku benar-benar ngompol saat melakukannya. Aku tak bisa melihat wajahnya, tapi aku melihat matanya.

Mata itu berkabut dan seperti susu, dan jika kau ingin tahu seperti apa tepatnya, carilah adegan di Lord of the Rings di mana Frodo jatuh ke danau dan semua mayat mengapung ke arahnya. Seperti itulah matanya. Jadi yang bisa kulihat hanya sepasang mata itu melayang di atas kepala Nolan dan bentuk samar tanduk yang keluar dari atas kepalanya. Aku tak tahu seperti apa rupaku saat itu, tapi di saat yang bersamaan aku dan Nolan langsung pergi dari tempat itu, dan kami berlari non stop sampai tiba di area kemping utama. Celanaku basah oleh kencing, jadi aku melepasnya saat berlari dan melemparnya ke semak-semak. Kami berhenti begitu tiba di depan RV ayahku dan kami tak bisa melihat apapun mengikuti, jadi kami berdiri si sana dan mengambil napas. Aku bertanya padanya makhluk apa itu tadi dan dia bilang tak tahu. Dia bilang kakeknya hanya pernah memberinya peringatan jika sesuatu datang padanya saat di tengah belantara, jangan pernah sekalipun dia berbicara padanya atau mendengar apa yang dia katakan. Aku ingin tahu apa dia juga mendengar makhluk tadi bicara, dan dia bilang bahwa satu-satunya yang bisa dia pahami adalah ‘membantumu’. Kukira kami akhirnya tidur di dalam RV bersama orangtuaku, dan malam berikutnya kami keluar, kami tak melihat apapun.

Itu mengingatkanku, dari berbagai cara, dengan legenda Wendigo. Ada kata yang kupikir amat tepat dan biasa digunakan untuk mendeskripsikannya, yang mana bahwa Wendigo adalah ‘roh dari tempat yang kesepian’. Aku tahu kadang saat sedang keluar ke belantara, di mana aku tahu tak ada siapapun sejauh bermil-mil, aku mendapat perasaan aneh tentang keinginan yang tak bisa kujelaskan. Aku tak tahu apa ini terjadi juga pada yang lain, keinginan untuk memangsa. Ini tidak seperti keinginan-keinginan biasanya, tapi lebih ganjil, rasa lapar yang amat mengganggu yang datang dari setiap bagian perutku.

Aku juga mencari tahu lebih soal si tanpa wajah jika bisa, dan aku menemukan beberapa yang mirip. Aku menanyai di lingkup teman-temanku, dan salah satu dari mereka bilang saat dia sedang keluar melakukan perbaikan di area taman, dia melihat sesuatu seperti itu.

Kami sedang makan malam di kota, lima dari kami termasuk aku. Orang ini, dia sedang mengecat ulang sebuah stan informasi dan mendengar seseorang bertanya arah menuju tempat kemah terdekat. Dia tidak menoleh karena sedang di atas tangga, tapi dia memberi tahu pria itu bahwa tak ada tempat kemah di dekat situ, tapi jika dia mengikuti jalan sekitar 4 mil, dia akan menemukan taman lain. Dia bertanya apa ada yang bisa dia lakukan lagi, tapi si pria menjawab tidak dan mengucap terima kasih. Temanku bilang dia meneruskan mengecat, tapi dia memasang telinga dan tak pernah mendengar pria itu pergi.

“Kali ke dua dia bicara padaku, rambut di leherku berdiri, tapi aku tak tahu kenapa. Aku hanya punya firasat tak nyaman soal semuanya, dan aku hanya ingin selesai mengecat dan segera pergi dari sana. Kupikir mungkin itu karena aku tak bisa menoleh ke belakang untuk melihatnya, tapi tampaknya ada yang tak beres. Juga ada bau aneh yang mengambang di udara bahkan sebelum pria tadi berbicara, semacam aroma darah lama. Aku melihat sekitar untuk mencari tahu namun tak menemukan apapun. Jadi aku menunggu si pria menjauh, tapi aku tak mendengarnya pergi, yang membuatku berpikir dia hanya berdiri di sana dan memandangiku, jadi aku bertanya lagi apa ada yang bisa kulakukan dan dia tak menjawab. Aku tahu dia di sana karena tak mendengarnya pergi, jadi aku menoleh dengan canggung dari atas tangga untuk melihat apa yang dia lakukan. Kini aku mengakui mungkin otakku saja yang kacau, tapi sumpah, Russ, untuk sepersekian detik saat aku menoleh, si brengsek itu tak punya wajah. Dia tak punya wajah. Hampir cekung, dan benar-benar mulus, dan aku hampir kena serangan jantung karena otakku tak bisa memercayainya. Kukira aku mulai mengatakan sesuatu tapi kemudian ada semacam ‘plop!’ di dalam kepalaku dan mendadak dia hanya seorang pria normal. Pasti aku terlihat aneh karena dia menanyai apa aku baik-baik saja, dan aku hanya ‘yeah, aku tak apa.’ Dia bertanya soal tempat kemah lagi dan aku menunjuk ke tempat yang harus dia tuju, dan dia bilang, ‘Aku tidak dari daerah sini, bisakah kau mengantarku?’ Ini adalah waktu di mana aku tahu ada sesuatu karena tak ada cara orang ini sampai tempat ini tanpa tahu di mana dia berada. Dan juga, tak ada mobil di sana, jadi bagaimana dia bisa sampai di tempat ini? Aku bilang maaf karena tak bisa membawanya pergi ke manapun dengan kendaraan perusahaan, dan dia bilang ‘Tolong? Aku benar-benar tak tahu sedang di mana, bisakah kau menolongku sampai ke sana?’ Kini aku benar-benar merasa aneh, dan aku mulai bertanya-tanya apa ini sejenis penyergapan atau semacamnya. Aku bilang padanya aku bisa memanggilkan taksi untuk mengantarnya, dan aku menarik teleponku dan dia bilang ‘tidak’ lalu berjalan pergi dengan cepat. Tapi dia tidak berjalan keluar taman, dia berjalan kembali ke pepohonan dan aku menuju ke trukku dan mulai pergi dari sana, persetan dengan cat dan semuanya. Aku melihat lewat spoin saat aku pergi dan kulihat dia sudah berdiri lagi di garis pepohonan, aku tak tahu bagaimana dia begitu cepat tiba di sana, tapi kali ini aku tahu si brengsek itu tak punya wajah. Dia mengawasi aku pergi, dan tepat sebelum aku berbelok dia mengambil satu langkah besar kembali ke pepohonan dan menghilang. Mungkin itu karena sangat gelap jadi dia membaur, tapi aku merasa dia lebih mirip menghilang.”

Menariknya, tepat setelah pria ini menyelesaikan ceritanya, seseorang yang lain, memberikan cerita serupa tapi dengan ending yang agak berbeda.

“Kalian tahu, aku sebenarnya punya hal aneh serupa yang terjadi dahulu. Aku sedang di luar melakukan latihan kepramukaan, dan aku sedang di tengah antah berantah dan sedang mencari tahu ke mana jalan itu akan membawa kami. Aku belum melihat orang lain selama dua jam lamanya, jadi aku tak benar-benar memperhatikan arahku pergi, aku hanya memandang tanah dan mengikutinya. Lalu, entah muncul dari mana, aku sampai pada puncak bukit dan hampir menabrak pria ini. Dia paruh baya, mungkin 60-an tahun, dan aku meminta maaf karena hampir saja menabraknya. Lalu aku melihat mukanya, dan mungkin aku terlihat seperti orang brengsek karena aku berhenti dan hanya memandangi mukanya. Butuh sekian detik untuk menyadari apa yang salah, tapi orang ini punya wajah yang amat besar. Aku tahu kedengarannya aneh, tapi hanya itu caraku bisa mendeskripsikannya. Kepalanya tidak besar, ukurannya normal, tapi jumlah ruang yang diambil untuk wajahnya terlalu banyak. Seperti kau mengambil wajah seseorang lalu memelarkannya dua kali lipat. Dia tidak bilang apa-apa, hanya memandangku, dan aku mundur dan tergagap meminta maaf, memutarinya dan pergi dari sana dan melakukan apa yang harus kulakukan. Sepanjang waktu, aku terus memandang ke belakang karena begitu takut dia akan muncul begitu saja di belakangku atau semacamnya. Aku tahu itu konyol tapi sumpah itu adalah hal paling menakutkan yang pernah kulihat.”

Aku mengubah topik ke tangga sebentar kemudian, dan ada perubahan ketertarikan yang begitu kentara. Awalnya tak ada yang bicara; ada stigma yang nyata saat membahas mereka, bahkan meski kami sedang tidak bekerja. Aku mencairkan suasanya dengan menceritakan pengalamanku, dan si pria yang menceritakan si tanpa wajah menceritakan ini, walau sangat lirih.

“Beberapa tahun lalu, aku sedang kemping dengan pacarku, dan kami keluar sekitar 2 mil dari jalan ke tempat ini. Kami sedang bersiap tidur malam itu, tapi kami tak bisa tidur karena—“

Seseorang menyela dengan komentar lucu, dan kami hampir berganti topik, tapi aku mengembalikannya seperti sebelumnya.

“—yeah, sangat lucu, kau brengsek. Tidak, itu karena kami terus mendengar suara gerusan. Saudaraku biasa mengertakkan giginya sewaktu tidur, dan suara itu mengingatkanku padanya. Pacarku ketakutan tapi aku menyuruhnya untuk mengabaikannya karena aku pernah mendengarnya dan kau hanya perlu mengabaikannya. Akhirnya suara itu hilang, kalian tahu maksudku.”

Kami semua tahu apa yang dia maksud.

“Jadi akhirnya aku menyuruhnya tidur, tapi aku terbangun mungkin dua jam kemudian karena sesuatu baru saja terjadi. Aku berguling dan pacarku sudah tidak di sana, dan aku panik karena...”

Dia mengambil waktu untuk berpikir dan meneguk minum panjang.

“Aku berlari keluar tenda dan memanggil namanya, tapi aku tak perlu pergi jauh. Dia berada di pinggiran kemping, memandang sesuatu di pepohonan, dan aku bisa melihatnya begitu pucat. Apinya redup tapi cukup terang untuk melihatnya. Jadi aku berlari untuk mencari tahu apa yang terjadi dan dia sedang tertidur tapi matanya terbuka. Kau tahu, dia punya semacam pandangan menerawang. Jadi kuletakkan tanganku di bahunya dan mengajaknya kembali, tapi dia tak bergerak. Dia hanya mengatakan sesuatu yang pelan seperti ‘aku harus pergi sekarang, Eddie. Aku harus pergi, dia di sini.’ Aku bilang ‘kau tidur-berjalan, ayo kembali ke tempat tidur’ tapi dia tak mau bergerak. Dia terus berdiri di sana dan bilang dia harus pergi. Dan aku melihat apa yang dia pandangi, dan ada sebuah tangga di sana sekitar 15 yard jauhnya. Abu-abu, beton. Dan dia mulai berjalan ke arahnya tapi aku menyentaknya kembali dan dia terbangun. Dia memandangiku seolah aku sudah gila dan dia bertanya apa yang sedang dia lakukan di luar tenda. Aku tidak memberitahunya apa-apa, aku hanya bilang dia tidur-berjalan. Suara gerusan itu hilang, dia berjalan kembali ke tenda bersamaku dan kembali tidur. Entahlah... aku tak pernah mau memikirkannya, tahu kan?”

Kami semua tahu.

“Kalian ingat anak yang... aku tak ingat namanya, semacam kelainan otak, bukan Down Syndrome tapi semacamnya.” Seseorang yang lain angkat bicara. “Yah, aku membaca laporan yang mereka berikan saat mereka menemukannya seminggu setelah dia hilang, dan sungguh sulit dipercaya. Maksudku, kalian tak bisa memercayainya mentah-mentah karena siapa yang tahu apa yang dipikirkan anak ini nyata, tapi beberapa darinya, aku tak berpikir dia bisa mengarangnya.”

“Seperti apa?”

“Yang pertama, dia bicara soal tangga. Dia bilang dia sedang menonton ayahnya membuat api dan si tangga ‘datang padanya’, dan dia harus mendakinya atau sesuatu yang buruk akan terjadi. Polisi tak mengerti dengan apa yang dia ucapkan setelahnya, karena dia terus berkata ‘seperti api unggun’ berulang kali. Dan dia terus menyebut-nyebut suara, tapi dia tak tahu suara apa, hanya saja suara itu keras dan dia harus menutup telinga agar tak mendengarnya. Tapi hal yang paling kuingat adalah mereka menanyainya ke mana dia selama hilang, dan dia berkata bahwa dia hanya ada di sana. Dia menunjuk dirinya sendiri, dan mereka pikir maksud si anak adalah dia tak pernah pergi. Dia bilang dia tak takut karena tangga itu ada di sana dan dia bilang tangga itu berbicara padanya, tapi tidak seperti bicaranya manusia. Seperti kubilang, ceritanya sangat berbelit dan sulit dipahami, dan aku punya perasaan para polisi tidak memercayainya. Mereka akhirnya bilang bahwa anak itu punya semacam amnesia atau fuque, dan mereka tidak berpikir ada kejahatan yang terlibat. Tidak menjelaskan kenapa dia bisa kembali satu minggu kemudian dengan keadaan sempurna, tanpa noda dan cukup makan, tapi hei, kita harus percaya pada omongan polisi.”

Masih banyak pertanyaan yang ingin kujawab. Aku akan bertanya lagi dan mencari tahu apa yang bisa kulakukan. Update selanjutnya akan segera datang, terima kasih sudah bersabar. Kau juga bisa menemukanku di Tumblr, di searchandrescuewoods.tumblr.com.

> Part 8

Comments

Terpopuler sepekan

Peristiwa Ganjil di Patahan Amigara

Ada yang mau tanya soal kemampuan ghaib dan indigo?

Cerita Seram Api Unggun

Don't Fear the Reaper

Pengalaman diculik jin

Aku anggota tim SAR kehutanan AS, aku punya kisah untuk diceritakan [Part 1]

Cerita Horor Kaskus