Skip to main content

Aku anggota tim SAR kehutanan AS, aku punya kisah untuk diceritakan [Part 2]

by searchandrescuewoods

> Part 1

Jadi aku kembali login malam ini dan terkejut dengan banyaknya ketertarikan yang dihasilkan. Pertama-tama, aku ingin menyampaikan beberapa hal yang sudah kalian singgung:

  • Ada banyak dari kalian yang menyebut kesamaan antara beberapa ceritaku dengan punya David Paulides. Aku ingin yakinkan kalian bahwa aku tak ingin mengambil keuntungan dengan cara apapun dari dia, aku sangat menghormatinya. Dialah yang memberiku inspirasi untuk menulis ini, karena aku dapat membuktikan banyak hal yang dia bicarakan. Kami juga punya banyak kasus orang hilang yang janggal, dan seringnya semua itu tak terpecahkan. Seperti itu, atau kadang kami menemukan mereka di tempat yang harusnya tak ada hubungannya. Aku sendiri belum banyak mengalami panggilan yang seperti itu, tapi aku akan membagikan beberapa cerita yang pernah kutemui dan dari temanku yang berhubungan dengannya.
  • Ada banyak sekali tanggapan soal tangga, jadi aku akan menyinggungnya sedikit di sini dan akan menyertakan satu buah cerita. Mereka muncul dalam bentuk, ukuran, gaya, dan kondisi yang beragam. Beberapa sangat usang, bobrok, tapi beberapa sangat baru. Aku melihat satu yang tampaknya datang dari sebuah mercusuar: terbuat dari metal dan melingkar, bergaya kuno. Tangganya tidak naik terus tanpa batas, atau lebih jauh dari sanggup kulihat, tapi beberapa lebih tinggi dari yang lain. Seperti kubilang sebelumnya, bayangkan saja tangga di teras rumahmu, dan seseorang meng-cut-nya kemudian di-paste-kan di tengah antah berantah. Aku tak punya gambarnya, tak pernah terpikirkan olehku setelah aku melihat untuk kali pertama, dan aku tak ingin membahayakan pekerjaanku. Akan kuusahakan lain waktu, tapi aku tak menjanjikan apapun.
  • Beberapa orang terlihat bingung soal pria yang mendatangi si laki-laki tanpa wajah. Hanya untuk meluruskan, jadi ketika si pendaki naik dan tiba di puncak, dia melihat laki-laki lain mengenakan parka dan celana ski. Laki-laki inilah si tanpa wajah. Maaf soal kata-kata yang membingungkan di cerita itu, aku akan berusaha tidak mengulanginya.

Baiklah, kita ke cerita yang baru:

  • Berbicara soal orang-orang hilang, aku akan bilang setengah dari panggilan yang kuterima berhubungan dengannya. Panggilan lainnya; orang yang jatuh ke jurang dan melukai dirinya sendiri, terluka karena api (kau tak akan percaya seberapa sering hal ini terjadi, kebanyakan anak teler), digigit hewan atau disengat serangga. Kami adalah tim yang solid, dan kami punya veteran yang sangat ahli menemukan jejak orang hilang. Itulah kenapa kami sangat frustasi ketika menemui kasus-kasus yang tak bisa ditemukan jejaknya. Ada satu yang membuat kami semua sangat jengkel, karena kami ‘menemukan’ jejaknya, tapi itu hanya membawa pada lebih banyak pertanyaan, bukannya jawaban. Seorang pria paruh-baya hiking sendirian di jalur setapak yang mapan, tapi kemudian istrinya menelepon dan bilang dia belum pulang di waktu harusnya dia sudah ada di rumah. Rupanya dia punya catatan medis dan istrinya khawatir jika dia tidak membawa obat dan sedang kumat di tengah perjalanan. Sebelum kalian bertanya, aku tak tahu kenapa pria ini mengira pergi sendirian adalah ide bagus, atau kenapa istrinya tidak pergi menemaninya. Aku tidak menanyakan hal itu karena pada titik tertentu, hal seperti itu tidaklah penting. Seseorang hilang dan tugaskulah untuk menemukannya. Kami keluar dengan formasi pencarian standar, dan itu tak lama sebelum salah satu veteran kami menemukan tanda bahwa pria itu keluar jalur. Kami berkelompok dan mengikutinya, menyebar sejauh mungkin, memastikan bisa mengcover area seluas mungkin. Tiba-tiba sebuah panggilan radio masuk memberitahu kami untuk kembali ke lokasi para veteran dan kami segera datang, karena jika seperti ini biasanya si orang hilang cidera dan kami butuh seluruh tim untuk mengeluarkannya dengan selamat. Kami semua berkumpul, dan sang veteran hanya berdiri di pangkal sebuah pohon dengan tangan di kedua sisi kepalanya. Aku menanyai temanku apa yang terjadi, dan dia menunjuk ke atas ke ranting pohon itu. Aku nyaris tak percaya dengan yang kulihat, tapi ada sebuah tongkat berjalan yang tergantung di ranting itu di ketinggian sekitar 30 kaki dari tanah. Tali kecil pada pegangannya melingkar di ranting, dan benda itu tergantung begitu saja di sana. Tak ada cara bagaimana orang itu bisa melemparkannya sejauh itu, dan kami tidak melihat tanda lain bahwa dia ada di area itu. Kami memanggil ke atas pohon tapi tentu saja tak ada orang di sana. Kami hanya bisa menggaruk kepala. Kami terus mencari pria itu, tapi kami tak pernah menemukannya. Bahkan kami mengeluarkan anjing yang kami punya, dan mereka sudah kehilangan penciuman jauh sebelum tiba di pohon itu. Akhirnya pencarian dihentikan karena ada panggilan lain yang harus kami tangani, dan pada titik itu sudah tak ada lagi yang bisa kami lakukan. Sang istri terus menelepon kami setiap hari selama berbulan-bulan, bertanya apakah kami sudah menemukan suaminya, dan sangat menyakitkan mendengarnya semakin kehilangan harapan. Aku tak tahu kenapa satu panggilan itu sangat membuat kecewa, tapi kupikir karena itu adalah sebuah kemustahilan. Hal itu beserta pertanyaan yang kami dapatkan. Bagaimana bisa tongkat orang ini berakhir di sana? Apa seseorang membunuhnya kemudian melempar tongkat itu sebagai sebuah tropi nyleneh? Kami melakukan yang terbaik untuk menemukannya, tapi itu seperti sebuah ejekan. Kami masih membicarakan kasus itu dari waktu ke waktu.
  • Anak hilang adalah kasus yang paling memilukan. Tak peduli situasi apa yang membuat mereka hilang, semua tak pernah mudah, dan kami selalu, selalu takut akan menemukannya dalam keadaan meninggal. Ini tak sering, tapi bisa terjadi. David Paulides sudah banyak bercerita tentang tim SAR anak-anak yang sering menemukan mereka di tempat yang tak seharusnya, dan harusnya tak bisa mereka capai. Aku lebih sering mendengarnya dibanding melihatnya langsung, tapi aku akan menceritakan satu yang sering kupikirkan dan kulihat sendiri. Seorang ibu dan 3 anaknya sedang piknik di sebuah area yang punya sebuah danau kecil. Satu anak usia 6, satu anak usia 5, dan yang satunya masih 3 tahun. Dia selalu memandang mereka lekat-lekat, dan menurut pengakuannya, dia tak pernah membiarkan mereka lepas dari pengawasannya. Dan yang paling penting, dia tak pernah melihat orang lain di sana. Dia mengemasi barang-barang dan mereka bersiap untuk kembali ke area parkir. Nah, danau ini hanya sekitar 2 mil dari hutan, dan jalan setapak yang ada sudah sangat jelas. Hampir mustahil tersesat dalam perjalanan itu, kecuali kau keluar jalur dengan sengaja seperti orang bodoh. Anak-anaknya berjalan di depannya, ketika kemudian dia mendengar sesuatu seperti seseorang yang berjalan di belakangnya. Dia menoleh, dan dalam kurang-lebih empat detik dia tidak mengawasi itu, putra 5 tahunnya lenyap. Dia pikir anaknya sedang keluar untuk pipis atau apa, dan dia menanyai dua anaknya yang lain kemana perginya putranya. Kedua anaknya bilang bahwa ada ‘orang besar dengan wajah seram’ keluar dari hutan di samping mereka, menggandeng tangan putranya, dan membawanya ke arah pepohonan. Kedua anaknya tidak terlihat marah, bahkan dia bilang mereka berkata seperti sedang teler. Mereka seperti kebingungan dengan pandangan menerawang. Jadi tentu saja dia langsung ketakutan, dengan kalut mulai mencari anaknya di area itu. Dia berteriak memanggil putranya, dan dia bilang pada suatu waktu dia mendengar putranya menjawab. Dia tak mungkin nekat masuk ke hutan, masih ada dua anaknya, jadi dia segera memanggil polisi dan kami langsung dikirim. Kami menjawab dan langsung memulai pencarian. Selama pencarian ini, yang mana sudah bermil-mil, kami tak pernah menemukan satupun jejak si anak. Anjing-anjing tidak menemukan bau, kami tidak menemukan pakaian atau semak yang rusak atau benar-benar tak menemukan apapun yang bisa menjadi tanda bahwa ada anak di sana. Tentu saja ada kecurigaan sesaat pada si ibu, tapi sudah sangat jelas bahwa hatinya begitu hancur karena semuanya. Kami mencari anak ini selama berminggu-minggu dengan bantuan banyak relawan. Tapi akhirnya, pencarian tanpa hasil, dan kami harus move on. Meski begitu, para relawan terus mencari, dan suatu hari kami mendapat panggilan radio yang memberitahu bahwa telah ditemukan tubuh dan butuh untuk dievakuasi. Mereka memberitahu lokasinya dan tak ada dari kami yang bisa mempercayainya. Kami pikir itu adalah anak yang lain. Kami mendatanginya, sekitar 15 mil dari tempatnya hilang, dan kami yakin bahwa itu adalah anak yang selama ini kami cari. Aku terus mencari tahu bagaimana anak ini bisa sampai di tempat itu, tapi tak pernah bisa menemukan jawaban. Si relawan hanya kebetulan berada di sana, karena dia pikir mungkin sebaiknya dia melihat di tempat yang tak terpikirkan oleh orang lain. Dia mendatangi kaki lereng batu yang tinggi, dan di tengah-atas, dia melihat sesuatu. Dia melihat dengan teropongnya dan cukup yakin bahwa itu adalah tubuh seorang bocah, yang terselip di tengah-tengah celah batuan. Dia mengenali warna kaosnya, jadi dia tahu itu adalah si anak yang hilang. Saat itulah ketika dia memanggil kami, dan kami dikirim. Butuh hampir satu jam untuk bisa menurunkan tubuh itu, dan kami tak bisa percaya dengan apa yang kami lihat. Tak hanya karena anak ini 15 mil jauhnya dari tempatnya semula, tapi juga tak ada kemungkinan dia bisa sampai di atas sini dengan kemampuannya sendiri. Lereng itu begitu berbahaya, dan bahkan kami kesulitan mencapainya dengan peralatan mendaki kami. Seorang bocah 5 tahun tak mungkin bisa tiba di atas sana, itu yang aku yakini. Tak hanya itu, si bocah bahkan tidak tergores. Sepatunya hilang, tapi kakinya tidak rusak atupun kotor. Jadi tak mungkin jika itu perbuatan hewan yang menyeretnya ke atas sini. Dan bisa kami katakan bahwa dia belum lama meninggal. Saat itu dia sudah hilang selama lebih dari sebulan, dan kelihatannya dia baru meninggal paling lama satu atau dua hari. Semuanya sangat aneh dan sulit dipercaya, dan itu adalah salah satu panggilan paling menggelisahkan yang pernah kualami. Kemudian kami mengetahui dari pihak koroner bahwa si bocah tewas karena paparan. Dia meninggal karena kedinginan, mungkin sekitar tengah malam dua hari sebelum kami temukan. Tak ada tersangka, dan tak ada jawaban. Sampai sekarang, ini adalah salah satu hal paling ganjil yang pernah kulihat.
  • Salah satu tugas pertamaku saat masih training adalah pencarian anak 4 tahun yang terpisah dari ibunya. Ini adalah kasus yang kami tahu akan berhasil karena anjing-anjing bisa menggunakan penciumannya dan ada tanda-tanda keberadaan anak itu di area. Kami menemukan dia di petak berry sekitar setengah mil dari tempat dia terakhir terlihat. Si anak bahkan tak sadar bahwa dia sudah pergi jauh. Salah satu veteran membawanya kembali, syukurlah karena aku kurang ahli menangani anak-anak, dan aku kesulitan mengajak mereka bicara untuk diajak bekerja sama. Saat aku dan trainerku dalam perjalanan kembali, dia mengajakku sedikit jalan-jalan dan menunjukkan titik yang cenderung menjadi tempat ditemukannya orang-orang yang hilang. Itu adalah sebuah cerukan alami dekat dengan jalur yang populer, dan orang biasanya akan turun ke sana karena lebih mudah. Kami berjalan ke sana, sejauh beberapa mil, dan tiba sekitar satu jam kemudian. Saat kami berjalan di sekitaran area dan dia menunjuk tempat di mana dulunya dia menemukan korban, aku melihat sesuatu di kejauhan. Nah, tempat ini berjarak sekitar 8 mil dari area parkir, meski ada jalan-jalan tertentu yang bisa kau ambil jika tak ingin berjalan sejauh itu. Tapi kami sedang di tanah yang dilindungi negara, yang artinya tak mungkin ada hal komersil atau developer perumahan di sana. Paling yang bisa kau lihat adalah menara pengawas atau shelter sementara para tunawisma yang berpikir bisa lolos dari pengawasan. Tapi dapat kulihat dari sini, bahwa apapun itu punya tepian yang lurus, dan jika ada satu yang bisa kau pelajari, bahwa alam sangat jarang membuat suatu garis lurus. Aku menunjuknya, tapi trainerku tidak bilang apa-apa. Dia hanya terlihat ogah-ogahan dan membiarkanku berkelana dan memeriksanya. Aku tiba pada jarak sekitar dua puluh kaki darinya, dan seluruh rambut di belakang leherku berdiri. Itu adalah sebuah tangga. Di antah berantah hutan. Dalam konteks yang tepat, secara harfiah itu adalah hal paling tidak berbahaya. Itu hanya tangga biasa, dengan karpet krem, dan tinggi sekitar sepuluh undakan. Tapi bukannya berada di sebuah rumah tempat seharusnya dia berada, benda itu ada di sini, di antah berantah hutan. Bagian sisinya tidak berkarpet, jelas, dan dapat kulihat dia terbuat dari kayu.  Itu hampir seperti glitch di video game, di mana rumahnya gagal termuat dan hanya bangian tangganya saja yang terlihat. Aku berdiri di sana, dan rasanya otakku sedang berpikir keras untuk memercayai apa yang sedang kulihat. Trainerku datang dan berdiri di sebelahku, dan dia hanya berdiri di sana tanpa rasa peduli, memandang seakan benda itu adalah hal terakhir di dunia yang bisa menarik perhatiannya. Aku bertanya apa yang dilakukan benda itu di sini dan dia hanya tergelak. ‘Biasakan dirimu, nak. Kau akan melihat banyak lagi dari mereka.’ Aku bergerak mendekat, tapi dia menyambar lenganku. Keras. ‘Aku tak akan melakukannya.’ Dia berkata. Suaranya biasa, tapi genggaman tangannya kencang, dan aku hanya berdiri di sana memandangnya. ‘Kau akan melihat mereka setiap saat, tapi jangan pernah dekat-dekat. Jangan menyentuhnya, jangan naik ke atasnya. Pokoknya abaikan saja.’ Aku mulai ingin bertanya tentangnya, tapi pandangan matanya memberitahuku bahwa lebih baik aku tak melakukannya. Akhirnya kami bergerak, dan benda itu tak pernah muncul lagi di sisa waktu pelatihanku. Dia benar juga. Aku akan bilang, setiap lima panggilan yang kuterima, aku akan melewati sebuah set tangga. Kadang mereka sangat dekat dengan jalan setapak, mungkin tak lebih dari dua atau tiga mil. Kadang dua puluh, atau tiga puluh mil di tengah antah berantah, dan aku hanya menemukan mereka ketika sedang pencarian luas atau pelatihan akhir pekan. Biasanya mereka dalam kondisi yang bagus, tapi kadang, sepertinya itu tergantung berapa jarak mereka. Semua jenis, semua ukuran. Yang terbesar yang pernah kulihat seakan dia datang dari sebuah mansion abad lalu, yang paling tidak sepuluh kaki lebarnya, dengan tangga ke atas setinggi lima belas atau dua puluh kaki. Aku sudah coba membicarakannya pada yang lain, tapi mereka cuma memberiku balasan seperti trainerku. Itu normal. ‘Jangan mencemaskannya, mereka bukan masalah besar, tapi jangan pernah dekat-dekat atau naik ke atasnya.’ Ketika trainer menanyaiku sekarang, aku memberinya jawaban yang sama. Aku benar-benar tak tahu bagaimana lagi harus menjelaskannya. Kuharap suatu hari aku akan mendapat jawaban yang lebih baik, tapi itu belum terjadi.
  • Yang satu ini tidak begitu seram tapi menyedihkan. Seorang pemuda hilang di akhir sebuah musim dingin, ketika secara nalar harusnya tak ada orang yang akan pergi sejauh itu dari jalur. Banyak yang kami tutup, tapi beberapa tetap buka sepanjang tahun, kecuali jika di sana ada timbunan salju yang bejibun banyaknya. Kami melakukan operasi pencarian untuknya, tapi kami terhalang oleh salju setebal enam kaki di permukaan tanah (saat itu sedang musim salju yang lebat), dan kami tahu itu bukan berarti kami akan menemukannya ketika musim semi tiba dan salju mencair. Dan benar, ketika awal masa pencairan tiba, seorang pendaki melaporkan penemuan mayat tak jauh dari jalur utama. Kami menemukannya di dasar sebuah pohon, di tumpukan salju yang mencair. Aku tahu pasti apa yang terjadi dan itu membuatku takut. Sebagian dari kalian yang ber-ski atau selancar, atau sering menghabiskan waktu di gunung, mungkin sudah bisa menebaknya. Ketika salju jatuh, dia tidak berkumpul di area di bawah ranting. Ini biasa terjadi pada pohon cemara, karena pohon ini punya bentuk seperti payung yang tertutup. Jadi yang bisa kau temukan adalah ruang di sekitar pangkal pohon terisi oleh salju yang gembur dan halus. Ini biasa disebut ‘tree wells’ (telaga pohon), dan itu tidak bisa terlihat jelas kecuali kau benar-benar memperhatikan. Kami membuat tanda di area kedatangan, besar, agar orang-orang tahu betapa bahayanya ini, tapi ketika salju turun setiap tahunnya, setidaknya akan ada satu orang yang tidak membacanya, atau tidak menganggap peringatannya dengan serius, dan kami akan mengetahuinya ketika musim semi tiba. Tebakan terbaikku adalah pria muda ini sedang kelelahan saat mendaki, atau mungkin kram karena berjalan di tengah salju tebal. Dia duduk di pangkal sebuah pohon, tidak tahu bahwa itu adalah ‘tree well’, dan jatuh. Dia terjebak dengan kaki di atas dan salju longsor menguburnya. Tak bisa membebaskan diri, dia mati lemas. Ini di sebut ‘snow immersion suffocated’ (mati lemas karena terkubur salju), dan ini tidak biasa terjadi kecuali di salju yang sangat dalam. Tapi jika kau terjebak dalam posisi janggal, seperti pria ini, salju 6 kaki pun akan jadi mematikan. Apa yang paling membuatku takut adalah ketika membayangkan penderitaannya. Tubuh terjungkir, di udara beku, dia mati perlahan-lahan. Salju akan mengeras, tertimbun di atasnya, dan sudah pasti mustahil untuk bisa keluar. Begitu dia makin kesulitan bernapas, dia tahu apa yang sedang terjadi. Aku tak bisa membayangkan apa yang dia pikirkan di saat terakhirnya.

tree well (source)

  • Banyak dari temanku yang jarang melakukan kegiatan outdoor ingin tahu apakah aku pernah pernah bertemu Goatman (manusia kambing) saat aku mendapat panggilan. Sayangnya, atau bagiku untungnya, aku tak pernah mendapat kejadian semacam itu. Kupikir yang paling mendekati adalah peristiwa ‘pria-bermata hitam’, tapi aku tak melihat apapun. Namun begitu, ada satu panggilanku yang memiliki sedikit kesamaan, tapi aku tak yakin akan menghubungkannya dengan Goatman. Kami mendapat laporan adanya seorang wanita paruh-baya yang pingsan di salah satu jalur dan butuh bantuan untuk turun ke area utama. Kami mendaki ke tempat si wanita, dan kami menemukan si suami ada di sisinya begitu kami tiba. Si suami berlari, yah, kukira lebih tepat berjingkat, mendatangi kami, dan memberitahu kami bahwa dia sedang keluar jalur sebentar untuk mencari sesuatu ketika istrinya mulai menjerit di belakangnya. Dia berlari kembali ke istrinya dan si istri sudah pingsan di jalur. Kami menaikkannya ke tandu, dan begitu kami membawanya turun ke area kedatangan dia mulai menjerit-jerit lagi. Aku menenangkannya dan bertanya apa yang terjadi. Aku tak ingat apa tepatnya yang dia katakan, tapi intinya, apa yang terjadi adalah ini: dia sedang menunggu suaminya ketika mulai mendengar suara yang sangat aneh ini. Dia bilang suaranya seperti kucing, tapi dia tahu itu bukan kucing, dan dia tak tahu bagaimana. Dia mulai mendengar dengan seksama, dan kedengarannya suara itu mendekat. Dia bilang, semakin dekat semakin tak mudah baginya, sampai akhirnya dia menyadari apa yang salah. Aku ingat bagian selanjutnya, karena itu sangat aneh hingga rasanya aku tak akan bisa melupakannya. “Itu bukan kucing. Itu manusia, yang mengucapkan kata ‘meow’ berulang kali. Hanya ‘meow, meow, meow’. Tapi itu bukan manusia, tak mungkin itu manusia, karena aku belum pernah mendengar manusia membuat suara dengungan seperti itu. Kukira alat bantu dengarku mati, tapi tidak, aku membetulkannya dan masih terdengar dengungan. Mengerikan. Dia terus mendekat, tapi aku tak bisa melihatnya. Dan semakin dia dekat semakin takut diriku, dan hal terakhir yang kuingat adalah ada sosok yang keluar dari balik pohon. Kukira itulah saat aku pingsan.” Nah, tentu saja aku sedikit bingung kenapa ada orang yang mau di tengah hutan mendendangkan ‘meow, meow’ ke orang-orang. Jadi begitu kami sudah menuruni gunung, aku bilang ke seniorku bahwa aku ingin pergi untuk memeriksa area barangkali akan menemukan sesuatu. Dia mengiyakan dan aku menyambar radio dan mendaki kembali ke tempat si wanita pingsan. Aku tak melihat siapapun, jadi aku melanjutkan sekitar satu mil lagi, dan saat kembali aku memilih keluar jalur untuk melihat apakah aku bisa mencari tahu di mana si wanita melihat ‘dia’ muncul. Saat itu sudah hampir senja, dan aku tak punya minat untuk di luar sendirian malam-malam, jadi aku hanya mencatat tempat itu secara batin dan memutuskan akan memeriksa lagi besok. Tapi begitu aku beranjak untuk kembali, aku mulai mendengar sesuatu di kejauhan. Aku berhenti, dan aku memanggil siapa saja di area itu untuk menunjukkan dirinya. Suaranya tidak mendekat atau tambah keras, tapi itu persis seperti laki-laki yang berkata ‘meow, meow’ dalam nada monoton yang aneh. Sama komikalnya, suara itu nyaris seperti pria dengan electrolarynx di South Park, Ned. Aku berjalan ke asal suara, tapi rasanya aku tak pernah bertambah dekat. Hampir seperti suara itu datang dari segala penjuru. Akhirnya, suara itu menghilang perlahan, dan aku kembali ke area kedatangan. Aku tak pernah mendapat laporan tentang hal semacam itu lagi, dan bahkan ketika aku kembali ke area itu, aku tak pernah mendengar suara serupa. Aku menduga, bisa saja itu hanya anak bodoh yang iseng ke orang-orang, tapi harus kuakui tetap saja itu aneh.

Jadi tulisan ini sudah berubah jadi tembok teks raksasa, dan aku minta maaf karenanya. Aku ingin mendapat cerita dari temanku, dan dia benar-benar punya yang bagus, jadi aku akan mengepostnya besok malam. Aku juga punya beberapa ceritaku sendiri yang mungkin akan kalian sukai. Maaf karena membuat kalian semua tegang lagi, semoga cerita ini benar-benar membuat kalian begitu dan membantu kalian melewati 24 jam ke depan sampai aku bisa posting lagi.

EDIT: Karena kelihatannya kalian suka, besok aku akan menulis sebanyak mungkin dan membuat posting besar-besaran. Akan kusertakan cerita temanku, dan akan kulihat apa aku bisa menggaet beberapa orang lagi yang mungkin tertarik dengan hal-hal yang kubicarakan. Aku hanya tak yakin dengan apa yang orang rasakan soal dinding teks raksasa yang menjulang, tapi jika memang kalian oke dengannya, aku akan mengepost cerita yang banyak!

> Part 3

Comments

  1. keren gan, lanjut ngpostnya. kalo boleh cerita di no sleep di banyakin gan

    ReplyDelete
    Replies
    1. sip gan. emang prefer ke nosleep kok ane. :)

      Delete
  2. Keren bang postingannya.. Lanjutkan lah..

    ReplyDelete
  3. Keren bang postingannya.. Lanjutkan lah..

    ReplyDelete
  4. jujur, siapa yang gogling nyari tangga di tengah hutan?

    ReplyDelete

Post a Comment

Tinggalkan komentar

Terpopuler sepekan

Pengalaman diculik jin

Peristiwa Ganjil di Patahan Amigara

Aku anggota tim SAR kehutanan AS, aku punya kisah untuk diceritakan [Part 1]

Cerita Seram Api Unggun

Cerita Horor Kaskus

Nyasar ke Dunia Gaib Bareng Abang Ojol - [Repost Twitter]