Skip to main content

Aku anggota tim SAR kehutanan AS, aku punya kisah untuk diceritakan [Part 5]

by searchandrescuewoods

> Part 1
> Part 2
> Part 3
> Part 4


Teman-teman, aku minta maaf karena update yang pendek. Sedang agak kacau di sini sekarang, dan aku tak tahu akan bisa update berapa kali lagi untuk ke depannya. Aku sangat menghargai semua dukungan yang kalian berikan padaku, dan sementara aku hanya punya sedikit cerita untuk dibagikan, aku akan sangat tertarik mendengar pendapat kalian semua!

  • Petugas pemadam kebakaran yang membantu kami di training bercerita padaku tentang panggilan yang dia datangi untuk menyelamatkan seorang anak dari pohon yang sangat besar. Dia bilang mereka tidak mejelaskan rinci, bahwa mereka harus datang dan menolong karena tidak ada perlengkapan yang memadai. Dia dipanggil karena pohon ini begitu besar dan petugas SAR merasa tidak aman untuk memanjatnya. Dia adalah penebang pohon sebelum bergabung dengan VFD (relawan pemadam kebakaran), jadi sangat gampang baginya untuk mengambil peralatan lamanya dan datang memberi pertolongan. Dia dibawa keluar sejauh 2 mil dan timnya berhenti di salah satu pohon terbesar yang ada di area itu dan menunjuk ke atas. Dia tertawa dan bertanya pada kapten operasi bagaimana si anak bisa ada di atas sana, membuat beberapa lelucon lawas tentang ‘kucing di pohon’, tapi si kapten hanya mengedikkan kepala dan menyuruhnya naik untuk menurunkan anak itu. Dia tahu sesuatu sedang terjadi tapi tak ingin memaksakannya. Dia bilang begitu mulai memanjat dia merasa mereka sedang mengerjainya. ‘Tak mungkin si anak bisa menemukan cara untuk memanjat pohon itu. Pohon itu besar di pangkalnya, tapi meruncing di bagian separuh ke atas, dan aku nyaris ingin turun beberapa kali karena berpikir pohon itu tak akan kuat menahanku.’ Tapi dia bilang dia terus melanjutkan, dan saat sampai di sekitar puncak, dia melihat kilasan warna biru di dahan. ‘Aku melihat kaos si anak tersangkut dahan, aku memanggilnya menyuruhnya mendekat jika bisa, tapi dia tak bilang apa-apa. Aku terus bergerak, memanggil nama si anak dan memberitahunya untuk tidak takut, bahwa aku di sana untuk membantunya. Begitu aku tiba di tempatnya, aku tahu dia tak akan pernah menjawabku. Aku menemukannya, atau apa yang tersisa darinya, memeluk cabang dahan, dan fakta bahwa dia ada di atas sini hanya keberuntungan belaka. Jika dia ambruk ke arah manapun, dia akan langsung jatuh ke bawah. Itu bukan masalah juga sih, karena anak itu sudah mati lama sebelum berakhir di pohon ini. Aku tak tahu siapa yang menaruhnya di sana, atau bagaimana, atau kenapa, tapi yang jelas hal itu sangat memuakkan. Usus anak itu keluar dari mulutnya, dan menggantung di dahan. Seperti pohon Natal yang tak waras, dilihat dari bagaimana semua itu terlingkar ke mana-mana. Aku mendapat pandangan yang lebih baik dan melihat bahkan ususnya juga keluar dari pantatnya; isi perutnya menggantung di bawah celananya. Matanya telah hilang, kuasumsikan terdorong keluar karena gaya apapun yang membuatnya meletus seperti stress ball (bola remas). Pernahkah kau lihat mayat yang terapung begitu lama di air, bagaimana lidahnya membengkak dan terjulur? Dia seperti itu. Aku ingat karena ada lalat-lalat yang merayapinya. Kupikir aku sudah terguncang waktu itu, karena... astaga, aku hanya mendorong anak itu jatuh dengan potongan dahan yang baru saja kupatahkan dari sana. Hanya menyodok-nyodoknya hingga dia jatuh. Aku tak tahu kenapa melakukannya... aku hampir kehilangan pekerjaan karenanya. Tapi, bung, membayangkan bagaimana aku akan mengangkut anak itu ke bawah, menyatukan semua ususnya dan mengikatkannya melingkari tubuhku seperti tali agar tak tersangkut... aku tak bisa melakukannya. Aku sudah melihat banyak anak-anak tewas. Lebih banyak dari yang pernah kuakui. Aku pernah melihat anak yang bersembunyi di dalam bak mandi penuh air saat kebakaran; merebusnya hidup-hidup, mengubahnya jadi sup. Tapi yang ini... aku tak tahu apa penyebabnya, tapi pemikiran menyentuh tubuh anak itu membuatku merasa gila jika melakukannya. Aku mendengarnya menghantam tanah dan sadar orang-orang pasti ketakutan, tapi mereka tahu anak itu sudah mati saat mengirimku naik ke atas sana. Mereka tidak bilang apa-apa, tapi mereka tidak berteriak ketakutan atau semacamnya. Aku turun dan mulai menghadap muka si kapten, bertanya padanya dia pikir siapa dirinya mengirimku ke atas sana sedang dia tahu anak itu sudah mati. Dia hanya bilang bahwa itu bukan kepentinganku dan berterima kasih padaku karena telah menurunkan barang bukti. Aku ingat dia bilang seperti itu, aku mengingatnya dengan jelas karena begitu aneh mendengar kata itu diucapkan. ‘Barang bukti’. Seperti dia bukan manusia saja. Seperti dia bukanlah bocah yang hilang dan mengalami peristiwa yang tak terjelaskan. Si kapten punya kru yang mengantarku keluar hutan, tapi dia dan dua yang lainnya tetap di sana, yang menurutku adalah aneh. Kenapa mereka tidak menyuruhku membawa anak itu keluar? Aku berusaha menanyakannya pada orang yang mengantarku, tapi dia bilang mereka tak bisa membicarakan kasus tertutup.’ Aku bertanya menurutnya apa yang terjadi pada anak itu, dan dia terlihat berpikir dan termenung sebentar. ‘Aku akan bilang itu cedera karena tergilas, dilihat dari isi perutnya yang keluar seperti itu, tapi luka seperti itu akan memiliki memar besar di bawah kulitnya, luka berat. Ini tidak seperti itu. Ini seperti anak itu habis disedot oleh vakum raksasa dan ususnya tertarik keluar. Tapi meski begitu, sama sekali tak ada bekas luka. Sama sekali. Itu yang menggangguku. Sangat-sangat menggangguku.’
  • Salah satu veteran di training membaca NoSleep, dan dia mengenali ceritaku. Dia mengenalku dengan baik, dan kami pernah bertukar cerita sebelumnya. Dia bertanya apakah dia boleh membagikan sesuatu yang dia perhatikan soal tangga dan beberapa gagasan yang dia miliki. ‘Aku sangat senang kau memutuskan untuk membagikannya. Kupikir ini penting agar orang sadar dengan apa yang ada di luar sini, terutama karena Dinas Kehutanan begitu baik menutupinya.’ Aku bertanya apa maksudnya. ‘Apa maksudmu apa maksudku? Kurangnya perhatian media? Tak ada ulasan anak hilang, atau mayat yang ditemukan bermil-mil dari tempat dia menghilang? David Paulides melakukannya dengan tepat, Dinas Kehutanan melakukan segalanya agar orang-orang tetap kemari, meskipun tidak aman. Maksudku, yah, ini memang tak terjadi setiap hari. Tapi angkanya terus bertambah, dan layak untuk dipertanyakan. Terutama soal tangga. Aku terkejut kau tidak menyebutkan tangga yang terbalik.’ Aku tak tahu apa yang dia katakan, aku tak ingat dia pernah bercerita hal semacam itu. Dia terlihat tak yakin. ‘Kawan, aku tak percaya kau sudah di sini begitu lama tanpa pernah melihatnya. Tak ada yang menceritakan padamu?’ Aku mengangkat bahu dan memintanya menguraikan. ‘Yah, ada tangga yang normal, yang kita temui saat kita keluar. Aku tahu kau sudah tahu. Tapi kadang aku bertemu yang terbalik atas jadi bawah. Kukira ini seperti jika kau punya rumah boneka, dan tangganya terpisah. Sekarang ambil itu, balik hingga bagian puncaknya tertancap di tanah, dan taruh dia di hutan. Seperti itu. Aku tak sering melihatnya, tapi paling tidak mereka kelihatan aneh. Membuatku terpikir pada rekaman setelah angin puyuh, saat rumahnya sudah hancur tapi barang-barangnya tertinggal, seperti cerobong asap dan dinding taman. Yang satu itu membuatku ketakutan lebih dari yang normal karena aku tak bisa benar-benar melupakannya.’ Aku tidak mudah takut, seperti kebanyakan orang di sini, tapi gagasan itu terjebak di kepalaku dan menggangguku. Aku mencoba untuk mencari tahu lebih banyak tentangnya. Dia juga menyebutkan berapa banyak orang yang terganggu dengan si pria tanpa wajah. Dia begitu tertarik dan menceritakan padaku kisah yang mirip. ‘Aku sedang training lapangan beberapa tahun lalu. Aku berkemah di tendaku dan mendengar seseorang berjalan mengelilingi tendaku. Kami diberitahu untuk tidak berjalan jauh, kau tahulah, jadi aku bertanya-tanya mungkin itu hanya anak baru yang keluar untuk kencing dan tak bisa menemukan jalan pulang. Ingat orang di grup kita yang hampir jatuh dari gunung beberapa tahun lalu? Aku takut itu akan terjadi lagi, jadi aku bangun untuk mencari tahu. Aku pergi ke batas perkemahan dan memanggil siapapun itu dan memberitahu bahwa kemah di arah sini. Tapi dia terus ke arah hutan, jadi aku mulai mengejarnya. Aku tahu itu bodoh tapi aku sedang mengantuk dan tak ingin ada orang tolol yang terluka. Aku mengikutinya melewati jalan liar lurus sejauh satu mil, lalu dia berhenti di bibir sebuah sungai kecil. Aku bisa melihat garisnya karena airnya memantulkan bulan, dan dia hanya terlihat seperti orang biasa. Dia memakai ransel, dan kelihatannya sedang menghadap ke arahku. Aku bertanya apakah dia baik-baik saja, apakah butuh bantuan, dan dia hanya memiringkan kepala seolah tak memahamiku. Aku selalu membawa pisau saku yang punya senter kecil, jadi aku menghidupkannya dan menyorotkannya ke dadanya agar tidak membuatnya silau. Dia bernapas pelan dan dalam, jadi aku bertanya-tanya barangkali dia tidur berjalan. Aku mendekat dan bertanya lagi apa dia baik-baik saja. Aku meninggikan cahaya, dan ada yang keliru, jadi aku berhenti. Dia terus bernapas dengan benar-benar pelan dan dalam, dan aku mulai sadar itu membuatku tak nyaman. Seperti dia sedang pura-pura bernapas, padahal tak benar-benar melakukannya. Napasnya terlalu datar dan dalam, dan semua gerakannya berlebihan, seperti gerakan bahu dan dadanya. Aku bilang padanya untuk menyatakan dirinya, dan dia membuat suara teredam. Aku menaikkan cahaya senterku, dan sumpah, pria ini tak punya muka. Hanya kulit halus. Aku panik dan menjatuhkan senterku, tapi aku melihatnya mendekat namun dia tidak benar-benar bergerak. Aku tak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi sebelumnya dia di tepi sungai dan detik berikutnya dia sudah satu kaki di depanku. Aku tidak menoleh dan tidak berkedip, itu seperti dia bergerak dengan sangat cepat hingga otakku tak mampu menangkapnya. Aku terpeleset jatuh pada pantatku dan bisa kulihat garis ini terbuka di lehernya. Garis itu memanjang hingga telinganya, dan kepalanya miring ke belakang dan dia tersenyum padaku dengan lehernya. Tidak ada darah, hanya celah hitam, dan aku bersumpah dia tersenyum padaku dengan sobekan di lehernya itu. Aku bangkit dan berlari secepat mungkin ke perkemahan. Aku tak bisa mendengarnya, tapi aku merasakan dia mengikutiku, meski aku tetap tak melihatnya saat menoleh ke belakang. Aku menenangkan diri begitu tiba di perkemahan; apinya masih menyala dan kukira gagasan bahwa ada orang lain di sana membuatku berhenti dan bisa sedikit bernapas. Aku menunggu di dekat api untuk melihat apa dia mengikutiku kemari, tapi aku tak mendengar hal lain selama beberapa waktu, jadi aku memutuskan untuk kembali ke tempat tidur. Aku tahu ini kedengaran aneh, tapi semuanya begitu sureal hingga nyaris aku langsung menganggapnya sebagai imajinasiku.’
  • Pada suatu malam kami saling bercerita kisah hantu sebelum tidur hanya untuk saling menakuti dan mengejek siapa saja benar-benar takut. Biasanya sih para anak baru, tapi salah satu wanita menceritakan kisah yang berhasil sedikit menelusup ke bawah kulitku, dan aku tahu pasti semua juga merasakan hal yang sama. Dia bilang itu nyata, tapi sekali lagi, semua cerita hantu yang diceritakan saat api unggun adalah nyata. Bagaimanapun aku tak berpikir dia mengarangnya. Cerita itu punya unsur yang hanya dimiliki peristiwa yang benar-benar membuat trauma. Dia bilang saat dia masih kecil, dia dan temannya biasa pergi ke hutan di belakang rumahnya. Dia tinggal di utara Maine yang banyak memiliki hutan nasional padat yang tak berpenduduk. Dia bilang hutan di sini tidak seperti hutan di sana. Di sana hutannya begitu tebal hingga memblokir cahaya matahari sepenuhnya. Dia dan temannya tumbuh di sana, jadi mereka tak takut berada di luar sendirian, tapi mereka selalu berhati-hati di area tertentu. Dia bilang itu tak pernah dibicarakan, tapi mereka tahu untuk tidak pergi lebih dari satu atau dua mil dari rumah mereka. Orang dewasa tak pernah menjelaskan, tapi itu sudah aturan tak terucap bahwa tak ada yang berkelana keluar sejauh itu. Dia dan temannya mengarang cerita tentang beruang sebesar rumah yang hidup di luar sana, dan mereka biasanya menggunakannya untuk saling menakuti dengan bersembunyi dan membuat suara geraman sementara temannya mencari-cari. Dia bilang, di sebuah musim panas, ada rangkaian badai besar yang merobohkan banyak pohon, dan membuat salah satu bagian hutan beberapa mil di belakang rumahnya terbakar. Kru pemadam berhasil mengendalikannya, tapi dia bilang beberapa dari mereka kembali dengan ‘menjadi tak lagi sama’. ‘Seperti mereka habis pergi berperang. Kau bisa tahu orang yang benar-benar ketakutan karena mereka punya ekspresi yang sama di wajah mereka, kupikir itulah yang disebut . Aku dan temanku bilang mereka seperti mayat berjalan. Mereka tidak tersenyum atau mengucapkan apapun jika kau berpapasan, dan sebagian besar dari mereka meninggalkan kota secepat mungkin setelah semua usai. Aku bertanya pada orangtuaku tapi mereka bilang tak tahu apa yang kubicarakan. Begitu orang-orang berkata hutan sudah aman, aku dan temanku memutuskan untuk keluar dan melihat di mana tempat kebakarannya. Kami tidak bilang-bilang pada orangtua kami, menyenangkan sekali memikirkan kami melanggar aturannya seperti itu. Kami berjalan sejauh 2 mil atau lebih, dan mulai melihat pohon yang terbakar dan bermacam-macam hal. Aku ingat temanku sangat marah karena kami menemukan tulang rusa yang melingkar di bawah pohon, dan aku langsung menariknya menjauh. Dia ingin menguburnya, tapi aku tak ingin dia menyentuhnya karena tanduknya begitu aneh. Aku tak ingat kenapa, aku hanya ingat bahwa ada yang salah dengannya dan aku tak ingin salah satu dari kami dekat-dekat dengannya. Semakin jauh kami pergi semakin parah bekas kebakarannya. Akhirnya sama sekali tak ada pohon yang berdiri, dan rasanya seperti berada di planet lain. Nyaris tak ada yang hijau, hanya cokelat dan hitam di mana-mana. Kami berdiri di sana melihat semuanya, lalu kami berdua mendengar seseorang berteriak di kejauhan. Aku panik karena kukira itu ayahku dan aku akan dihukum. Temanku langsung pergi dan bersembunyi di balik sebuah pohon besar karena dia tak ingin tertangkap di sini. Orangtuanya sama sekali melarang dia untuk pergi ke hutan, dan dia berbohong dengan bilang akan pergi nonton film. Aku mengikutinya dan kami terus mendengarkan. Aku bisa mendengar suara itu mendekat, dan aku menyadari dia berteriak untuk meminta tolong. Kupikir mungkin dia pendaki yang tersesat dan butuh bantuan arah ke kota. Hal itu sering terjadi, jadi aku sudah terbiasa membantu orang. Aku mendengarnya mengikuti suaraku, jadi aku terus memanggilnya sampai dia terlihat di kejauhan. Dia semakin dekat dan aku dapat melihat seluruh wajahnya berwarna merah. Aku bilang ke temanku untuk memberikan ranselnya, karena dia yang punya kotak P3K. Dia membuat suara jijik dan bertanya apa aku melihat wajah orang itu. Aku menyuruhnya diam dan mulai berlari menemui orang itu. Aku berhenti di tengah jalan, dan saat dia berhenti di depanku dapat kulihat hidung dan bibir dan bagian dahinya hilang. Wajahnya seperti baru saja diiris. Dia berdarah sangat banyak, dan aku melihat lutut celananya berwarna merah juga. Aku melangkah mundur tapi terlalu takut untuk membuat terlalu banyak gerakan, lalu dia memegang bahuku. Kupikir aku langsung syok, dan dia tersentak mundur. Dia mulai meracau, dan aku tak paham apa yang dia katakan, kecuali sudah berapa lama dia hilang. Dia bertanya padaku di mana ‘unit’-nya sekarang, tapi aku hanya menggelengkan kepala. Dia menelusurkan pandang padaku dan melihat Walkman-ku dan dia berteriak. Dia terus meracau dan menyentuh wajahnya, dan aku menyadari dia tidak menggunakan pakaian yang tepat. Dia mengenakan semacam jaket abu-abu aneh dan celana resmi, dan jaket itu punya kancing aneh dan bordiran merah. Aku terus menggelengkan kepala dan bilang bahwa aku tak mengerti apa yang dia bicarakan. Aku membuka kotak P3K tapi dia berteriak lagi dan bilang satu-satunya hal yang bisa kumengerti: ‘Jangan sentuh aku! Kau akan membuatku kembali ke sana!’ Setelah itu dia berlari pergi, dan aku dapat mendengarnya terus menjerit. Saat aku sudah tak mendengarnya lagi, aku berbalik, dan temanku sedang menangis. Aku berbalik dan mulai berjalan kembali ke kota. Dia terus-terusan bertanya apa yang terjadi dan siapa itu tadi, tapi aku tak bilang apa-apa. Saat kami sampai di rumah, aku memberitahunya aku tak ingin bermain di hutan bersamanya lagi. Kami tetap berteman, tapi kami tak pernah membicarakan orang itu lagi. Selamanya.’

Akan kulanjutkan sesegera mungkin, teman-teman. Aku hargai dukungan yang terus berlanjut!

> Part 6

Comments

  1. Mungkin itu adalah pemadam yg terbakar dan meninggal!!!lanjutkan

    ReplyDelete

Post a Comment

Tinggalkan komentar

Terpopuler sepekan

Aku anggota tim SAR kehutanan AS, aku punya kisah untuk diceritakan [Part 2]

Pengalaman diculik jin

Aku anggota tim SAR kehutanan AS, aku punya kisah untuk diceritakan [Part 1]

Peristiwa Ganjil di Patahan Amigara

Cerita Seram Api Unggun

Cerita Horor Kaskus

Nyasar ke Dunia Gaib Bareng Abang Ojol - [Repost Twitter]

Cerita para petugas kamar mayat & pemakaman