Ilustrasi: Alfian Widi/vice.com
Penulis: Panglima Alaskandar (FB)
Ini cerita ketika dahulu setelah aku ditinggalkan ibu..
Ketika itu, ada seorang penjual cotom & cepon yang keliling kampung hingga ia mampir kerumahku, dia bertanya tentang bayi yang baru dilahirkan dua bulan kemarin, disitu ada nenekku yang menjawab kalo bayi itu memang cucunya karena bayi itu adalah adikku, si penjual itu menawarkan bagaimana kalo adikku dibeli saja atau bahasa halusnya dia ingin mengurus adikku (bayi) nanti kita terima uang dari si penjual, tapi nenek menolak dengan alasan "saya tidak berani memberikannya karena ini bukan hak saya" kata nenek, dan berbagai kata-kata si penjual itu terus saja merayu nenek kalau istrinya mandul dan dia sangat ingin mengurus bayi perempuan,
sampai sore hari penjual itu masih berada dirumahku hingga ayahku pulang, nenek menjelaskan tentang perihal si penjual itu kepada ayahku, lalu ayahku bertanya siapa namanya darimana asalnya, hingga tiba malam hari penjual masih tetap kekeuh ingin mengurus adikku dan ayahku membolehkannya tapi dengan beberapa syarat saja, kata ayahku "bayi ini boleh dibawa tapi tidak untuk dijual, kalo pak penjual mau mengurusnya ya silahkan asal setiap tahun idul fitri main kesini supaya kami keluarga kandung bisa melihatnya dan si bayi pun harus tau siapa keluarga kandungnya" lalu si penjual menyanggupinya,
hingga keesokan pagi nya si penjual itu datang lagi tapi tidak berjualan keliling, dia membawa istrinya sambil membawa oleh-oleh sebagai ucapan terimakasih untuk kita karena sudah mempercayainya, setelah musyawaroh akhirnya adikku yang masih bayi pun dibawa si penjual yang sudah menikah lima tahun masih belum mempunyai keturunan,,
Singkat beberapa hari setelah itu ayahku menikah dengan perempuan dari tetangga desa sementara aku masih tinggal dengan nenek dan kedua kakakku, pada sore itu aku dijemput oleh ayah dan ibu tiriku supaya aku bisa di khitan dan sekolah disana, tapi aku tidak mau karena kakakku tidak diajak bareng, ibu tiri paksa aku langsung menggendongku namun apalah daya aku tidak bisa lari karena mau jalan saja dengkul ini masih lemas, setelah lebih dari delapan bulan tinggal bersama ayah dan ibu tiri akhirnya aku bisa berjalan, dan disanalah awal mula aku sering mengalami kejadian aneh,
aku diajak main di tepi sungai oleh anak-anak seusiaku tapi mereka itu pakai bahasa yang aku ngga ngerti samasekali, biar kucontohkan cara mereka bicara pakai teks begini "salakaruggand pakuniwenginagem bilakiragitek krikitilapitun".. dan mereka tidak punya benggolan mata kaki, tapi karena aku merasa senang punya temen jadi nurut saja biar main dimanapun aku ikut,
waktu itu aku belum menyadari kalo mereka itu dari alam sebelah sampai mereka ikut pulang kerumahku dan main dikamar, karena merasa lelah akupun tertidur tapi mereka itu siang malam tak pernah aku lihat mereka tidur, esok paginya aku dibangunkan ibu suruh mandi dan sarapan tapi aku tidak melihat mereka dikamar entah pergi kemana, aku tidak memikirkan mereka keluar rumah darimana, setelah mandi + makan aku diajak ibu ke rumah uwa (kakaknya ibu tiri) tapi aku ngga mau ikut, aku lebih suka datang ke tepi sungai main sama mereka yang tak nyata, sebenarnya ibu tiri sudah punya tiga anak waktu dengan suaminya yang almarhum tapi mereka sudah dewasa,
hingga suatu hari ada sesorang yang melihat aku sedang main di sungai sendirian padahal aku rame-rame, orang itu memberitahu kepada ibu lalu ibu tiriku menyusul sambil memarahiku, dari situlah awal mula aku sering dimarahi bahkan dijewer dan beberapa perlakuan yang menurutku itu adalah sebuah penyiksaan,
Suatu hari aku main di kebun bambu, anehnya disana aku lihat banyak orang jualan hingga aku sering dikasih makanan oleh nenek penjual, para penjual disana menyuruhku pulang nanti dimarahi ibu katanya, tapi perasaanku lebih baik tinggal disini daripada pulang aku selalu dijewer, karena ayahku juga kalo kerja gali pasir jarang pulang kerumah kalo sudah dapat uang baru pulang, dalam hati aku ingin kerumah nenek tapi tidak tau arah jalannya,
aku nangis karena bingung mau pulang juga takut dimarahi, hingga mendengar panggilan namaku aku dekati ternyata ibuku tau kalo aku main di kebun bambu itu, kupingku dijewer sambil ditarik pulang, coba bayangkan gimana rasanya.. tapi aku tengok disana cuma ada kebun bambu yang rimbun entah penjual nya pada kemana, besoknya aku diancam ibu katanya kalo main di kebun bambu sama di tepi sungai sendirian lagi nanti aku dikurung dikamar,
pada suatu malam aku mendengar suara seperti barang yang di banting arahnya dari dapur, awalnya suara "klomprangg" aku penasaran dekati dapur ternyata tutup panci mungkin jatuh kebawah kesenggol tikus, aku taruh lagi di atas panci nya, padahal kalo tutup panci yang menutup diatas pancinya kan mustinya kalo kesenggol pasti jatuh semua tapi itu cuma tutupnya saja, pokoknya setiap aku dapat omelan atau suatu kekerasan fisik itu pasti seperti ada barang yang dibanting di dapur,
Saat itu pagi hari aku melihat ayahku pulang sambil membawa beberapa kubik hasil galian pasirnya, niatnya pasir itu untuk renovasi rumah, tapi aku tidak pernah menceritakan perlakuan ibu tiri terhadapku,
pada malam senin sekitar jam sepuluh aku melihat ada seseorang mengintai di jendela sepertinya seorang perempuan, pas aku dekati jendela nya dia tidak ada lalu aku mau buka pintu tapi kuncinya disimpan ortu yasudah aku tidur saja,
Esok pagi nya aku terbangun karena ada suara mereka ribut-ribut dikamarku gatau ngerecokin apa aku ngga ngerti bahasanya, ternyata saat kulihat mereka membawa anak burung entah burung apa aku ngga paham jenisnya, mereka nyuruh aku pelihara burung itu dikamar, setelah memberikan anak burung mereka langsung pergi keluar pintu kamar eh pas aku ikutin sudah menghilang, aku ngga ngerti juga burungnya harus dikasih makan apa jadi aku suapin nasi saja,
Ayahku nyium bau tapi ngga tau dimana bau nya disangka bangkai tikus yang mati diatas plafon, pas ibu kontrol melihat dikamarku ada burung dan banyak kotoran burung dia meledak jiwa siluman nya keluar, anak burung itu dilempar keluar rumah dan aku pun dimaki-maki, dalam batinku "apakah ini HARUS kualami setiap hari".. sebagai anak tiri aku tak bisa melawan, tapi ayahku malah membela ibu tiri, ayahku tidak memahami apa yang terjadi dan tidak bertanya darimana anak burung itu berasal,
Pada malam jumat tetanggaku mengetuk pintu dia bertanya katanya "tadi siapa yang duduk diatas pasir sambil nangis?"
Ayahku menjawab tidak tau karena mereka sedang nonton TV jadi ngga denger suara orang nangis,
Tetanggaku juga menceritakan kalo dia juga nonton TV lalu mendengar suara aneh dari luar, dia kecilkan volume TV nya trus ngintip dari jendela ternyata ada orang duduk di pasir sambil nangis tapi pas buka pintu niatnya mau keluar nanyain/nolongin ternyata orang nangis itu hilang jadi sekalian saja bertanya ke ayahku yang punya pasir, tapi kejadian itu dianggap biasa saja. hinga malam mulai larut saat semuanya tertidur pulas tiba-tiba ada yang ngamuk lagi di dapur tapi itu lebih ekstreem karena hampir perkakas dapur itu dibantingin semua, aku kebangun mau lihat tapi ayah ibuku sudah duluan di dapur, kita semua terbangun sampai kakak tiriku bertanya padaku "kamu kedapur ngga nang?" Aku bilang "engga ang aku juga kaget"..
Peralatan itu berantakan piring gelas berbahan kaca pecah sebagian, setelah itu dibereskan ayahku ngga tidur karena penasaran sebenarnya kenapa.. masaiya tikus bisa menjatuhkan barang sebanyak itu, lalu esok pagi nya ayahku pergi ke ke dukun, orang pinter, paranormal, pakar spiritual atau apalah bahasanya itu, dia bertanya dan cerita soal kejadian semalam
setelah ngobrol lama lalu ayahku disuruh pulang bawa air yang sudah berisi jampe-jampe itu, airnya suruh disiramkan di sekeliling rumah, setelah itu memang tidak ada lagi barang dibanting tapi singkat dua hari dua malam pas malam ketiganya itukan malam senin ada suara kepakkan entog dibelakang rumah, dahulu kan kita belum pakai pompa sanyo ya kita sedot air masih pakai "pompa dokdak" apa ya bahasanya.. yang di pompa sambil berdiri terus ngocor airnya, letaknya diluar dibelakang rumah, disitu suara kepakan entog kenceng dan suara entog merintih, ada yang pernah ngga punya entog yang sedang mengerami telur seperti itulah mirip suaranya tapi lama-lama merintihnya jadi melengking,
setiap ada suara aneh tuh aku duluan yang merasakan dan mendengarkan, aku jalan ke belakang penasaran ternyata pas aku intip dari celah yang ada di pintu aku lihat sosok baju putih sedang duduk di pagar SENG batas dinding, padahal kalo orang yang ngedudukin mah pasti ngageblag kan roboh, aku lihat dia duduk disitu, aku merinding dan balik lagi kamar tidur,
Hampir setiap malam aku dengar suara aneh, suatu malam jam tiga pagi ibuku bangun keluar kebelakang berniat mau mandi dan cuci beras buat masak tiba-tiba disambar entog, dia dicakar sampe berdarah, beras juga jadi berhamburan kebawah, pas ibuku teriak katanya entog itu langsung terbang entah kemana, ayahku mendatangi dan bertanya "ada apa?" Ibu bilang mukanya dicakar entog lalu pagi hari nya ayahku pergi lagi ke dukun yang beda dari sebelumnya karena orang pinter jaman dulu itu disebutnya dukun,
ayah pergi bareng ibu tiri dan menceritakan kejadian semalam, ayah ibuku disuruh minum air dan setelah beberapa detik katanya ibuku menggeram berteriak dan berkata kepada ayahku "kalo kamu tidak sayang sama anak sendiri biar aku bawa saja, kamu urus mereka yang tinggal sama emak"
sebenarnya kata-kata nya banyak pas ibu tiri kesurupan itu tapi aku singkat saja ya buat menjaga privasi juga, awalnya ayahku heran kenapa ibu tiriku teriak dan berkata seperti itu tapi pas bicara suaranya itu mirip sekali sama ibu kandung, lalu dukun juga memberitau bahwa itu adalah sosok qorin ibuku yang masuk ke raganya, setelah ayahku berbincang dengan ibu tiri yang kesurupan lalu ayahku dikasih air dan bunga untuk nyekar di makam ibu kandungku yang sudah wafat dan ayahku disuruh ngobrol sama kuburan meminta maaf sekali lagi biar arwah penasaran ibuku tidak mengganggu lagi..
Maaf ya di tulisan kali ini tidak ada parit nya, nyambung semua,, tapi ada titik koma nya kan buat ngerEm...
Biarpun ini kisah nyata . aku tidak mau tulis kisah nyata diatas, soal kepercayaan ku kembalikan pada kalian
❖
Comments
Post a Comment
Tinggalkan komentar